Kate’s PovSudah 2 bulan sejak kejadian 'praktek' itu, awalnya kami sama-sama merasa canggung saat berinteraksi. Tapi akhirnya, hubungan kami berjalan seperti biasanya. Aku bersikap biasa saja. Anes juga bersikap biasa saja. Seperti tidak terjadi apa-apa diantara kami.
Kami baru saja menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Manajemen Hotel. Kelompok kami berisi lima orang, semua teman kami sudah pulang setelah tugas kami selesai.
Hanya tinggal aku dan Anes di restoran cepat saji tempat kami berkumpul sejak 2 jam yang lalu. Aku baru saja memesan apple banana pie untuk menemani menghabiskan minuman sodaku yang masih sisa setengah. Anes hanya berdiam menunduk mencocol saos dengan kentang gorengnya.
“Diem aja, kenapa? Eh iya, Devon gimana? Langgeng nih kayaknya.” Aku tidak pernah menanyakan apa-apa tentang Devon sejak kejadian itu, takut kami jadi canggung lagi.
Anes berhenti makan, mengelap tangan dan bibirnya dengan tisu lalu memandangku. “Ohya, soal itu. Aku mau ngomong.”
Aku mengerutkan keningku, merasakan atmosfer yang berbeda diantara kami. “Kenapa? Aku jadi grogi deh kalau kamu serius gitu mukanya.” Aku mencoba mencairkan suasana aneh ini dengan melontarkan candaan.
“Dengerin aku. Aku cuma mau ngomong sekali aja.”
“Okay?”
Anes menghembuskan nafasnya sebelum berbicara lagi padaku, “Kayaknyaakusukasamakamu.”
Anes mengatakan kalimat itu dengan sangat cepat. Sangat cepat hingga aku harus memastikan apa yang aku dengar ini tidak salah. Aku menunggu beberapa menit agar Anes mengulang perkataannya, tapi tidak. Dia tidak pernah mengulang kalimat itu lagi.
“Anes. Kita sama-sama perempuan.”
“Aku tau.”
“Maafin aku, aku nggak bisa.”
“Jangan jauhin aku setelah ini, Kate. Aku akan berusaha menghilangkan perasaanku.”
“Aku nggak akan jauhin kamu, Nes. Kamu itu sahabat terbaik yang aku miliki.” Aku memegang tangan Anes yang ada diatas meja. Meyakinkannya kalau aku tidak akan meninggalkannya.
“Makasih, Kate.”
Dan kami menyelesaikan makanan kami dengan lebih canggung dari yang pernah terjadi sebelumnya.
Anes, gimana bisa? Kenapa juga aku merasakan percikan dalam hatiku? Tapi, kita sama-sama perempuan. Oh Tuhan.
+++++
Anes’s Pov
Hari ini adalah ulang tahun Kate. Aku sengaja datang ke rumahnya membawa kue brownies kesukaannya dengan angka 20 diatasnya. Aku tidak mengabarinya karena ingin memberikan kejutan. Setelah mengetok pintu rumahnya beberapa kali, muncullah sosok Kate yang berkeringat dengan setelan sport bra dan celana pendeknya.
“Anes!” Kate langsung memelukku, mencium kedua sisi pipiku. Membuat keringatnya menempel pada baju dan wajahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kompilasi (Short Story)
Short StoryPeringatan! Cerita ini mengandung lesbianism. Read at your own risk. Kisah tentang mereka mungkin lebih menyenangkan untuk diceritakan. Tapi kisah tentangmu, tentangku, tentang kita. Akan jauh lebih hebat. Percayalah. Cinta kita akan mengguncangka...