Dibuat pada hari Sabtu, 14 April 2019.
Hola! Untuk menemani kalian yang sedang dirumah aja, saya hadirkan bonus chapternya Sunflowers. Cerita ini sudah berulang kali saya rombak sana sini, tempel sana sini. Tapi akhirnya saya putuskan untuk difinalkan dan dibagikan ke kalian. Cerita ini agak panjang ya teman-teman, sekitar 1900an kata. Semoga kalian suka ya. Happy reading!
Laura's POV
Suara Bi Yan dari arah dapur mengagetkanku. Mataku yang sedari tadi fokus memandang angka-angka hitam dan merah pada kalender diruang keluarga, berkedip sekilas lalu turun melihat gelas berisi air putih digenggaman tanganku.
Pagi ini adalah pagi ke 543 ku sejak Nadine pergi dinas. Sejak awal kepergiannya, setiap pagi aku selalu menandai kalender disini. Menghitung mundur, menanti kepulangannya.
Aku menghembuskan nafasku dengan berat, tanganku bergerak menarik kerah baju tidur Nadine yang sedang kupakai. Membawanya kearah indera penciumanku, menghirup aromanya yang hampir menghilang dengan mata terpejam. Saat mataku terbuka, bola mataku tertuju pada cincin berbentuk hati yang dengan setia selalu melingkari jari manis kananku.
Sungguh, aku merindukannya. Biasanya kami akan telepon atau facetime satu minggu sekali, tapi sedihnya sudah dua minggu ini, Nadine tidak menghubungiku. Membuat aku jadi khawatir saja. Awas saja kalau nanti dia pulang, aku akan kurung dia untuk diriku sendiri.
Kamu baik-baik aja kan disana, Dine? Cepet pulang, aku rindu.
Nadine's Pov
Satu setengah tahun sudah aku menjalankan tugasku di Timur Tengah. Akhirnya aku bisa kembali pulang ke tanah air dengan sehat, tanpa kekurangan suatu apa pun. Yah, walau membawa pulang beberapa bekas luka, sih. Sore tadi pesawatku baru saja landing dan Pak Tok yang menjemputku. Karena memang aku sudah mengabarkan Bi Yan dan Pak Tok sebelumnya tentang kepulanganku, kecuali satu orang, Laura. Aku tidak mengabari kepulanganku hari ini padanya. Agaknya aku penasaran melihat raut wajahnya saat melihat keberadaanku didepannya nanti, hehe.
Pak Tok berkata kalau Laura sudah pulang dari rumah sakit, membuat jantungku berdetak lebih cepat. Hatiku berdebar tidak sabar untuk segera melihat wajahnya, memeluknya. Aku sungguh merindukannya. Waktu aku di Sudan, kami lumayan sering video call-an. Bercerita tentang kegiatan kami masing-masing.
Dari pengamatanku selama kami face time, Laura memotong rambut panjangnya menjadi lebih pendek dibawah bahu. Aku sempat terkejut saat melihat potongan rambut barunya karena setahuku Laura sangat bangga dengan rambutnya yang tergerai panjang. Akan tetapi, sekarang dia terlihat menawan dengan rambut pendeknya, terlihat lebih segar. Aura kecantikannya juga semakin terlihat. Ah, memang pada dasarnya Laura sudah cantik dari bayi, wkwk.
Lamunanku buyar saat Pak Tok memanggil, mobil sudah terparkir dengan rapi disamping mobil Laura. Aku menyuruh Pak Tok untuk turun terlebih dahulu, membawakan tasku masuk ke dalam rumah. Aku menarik nafas dan menghembuskannya berulang kali sebelum keluar dari mobil.
Kakiku perlahan masuk ke dalam rumah lewat pintu garasi yang langsung mengarah pada dapur. Mataku menangkap sosok Bi Yan yang berada didepan wastafel, membelakangiku. Aku tersenyum dan mulai mendekat perlahan. Tanganku bergerak melingkari leher Bi Yan yang tampak menegang. Aku menaruh daguku dibahunya sebelum mencium pipinya. "Masak apa Bi Yan?"
Dan benar saja, tangan Bi Yan yang masih basah sontak menyentuh dadanya, terkejut. Bi Yan langsung menolehkan kepalanya dan menatapku.
"Non Nadine, ya ampun ngagetin bibi aja. Untung nggak punya penyakit jantung bibi. Selamat datang kembali non Nadine". Tanpa berlama-lama Bi Ani memelukku erat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kompilasi (Short Story)
Short StoryPeringatan! Cerita ini mengandung lesbianism. Read at your own risk. Kisah tentang mereka mungkin lebih menyenangkan untuk diceritakan. Tapi kisah tentangmu, tentangku, tentang kita. Akan jauh lebih hebat. Percayalah. Cinta kita akan mengguncangka...