Selamat membaca!
"Nanti laporannya tolong langsung kasih ke Bu Meggy ya, Sil." Aku berdiri sambil menyerahkan map merah pada Silla yang tepat berhadapan dengan cubicle ku.
Setelah Silla meraih map yang kuberikan, aku kembali ke tempatku semula. Tapi terusik karena Silla masih berdiri menghadapku seolah ingin mengatakan sesuatu.
"Em, Kha, habis ini mau makan siang bareng nggak?"
Alisku berkerut, aneh, tidak biasanya dia melontarkan ajakan makan siang bersama. Biasanya kalau aku tidak ada meeting diluar, aku memilih makan di kantin bawah sekalian berharap bisa berpapasan dengan Mozza a.k.a pacar aku. Saat makan siang juga selalu bertiga dengan teman divisiku yang lainnya. Kalau Silla ini tipenya penyendiri, kalau tidak kami ajak gabung dia pasti makan sendirian.
Makanya ku bilang aneh saat Silla mengajakku makan siang bersama. Hari ini juga termasuk spesial, karena Mozza membuatkan bekal untukku. Sweet kan?
"Boleh. Di kantin bawah aja ya? Aku bawa bekal soalnya." Sembari menunggu jawabannya aku mematikan perangkat komputerku. Setelah kupastikan benar-benar sudah mati, aku kembali melihat Silla yang masih terdiam membenarkan kacamatanya.
"Ah, em, oke."
Saat lift sudah sampai lantai 4, pintu lift terbuka dan menampilkan sosok manis yang membuat bibirku tertarik lebar secara alamiah.
Mozza tersenyum tipis melihatku, matanya melirik pada sebelahku, Silla. "Hai, Khata." Dia menyapaku seperti biasa jika berpapasan di kantor.
"Hai Mozza." Mozza berdiri disebelahku, membuatku terhimpit ditengah antara mereka berdua.
"Mau makan siang ya?"
"Iya, kamu juga?" sekuat tenaga aku mencoba mengontrol nada suara dan mimik wajahku. Karena berpapasan dengannya hari ini membuatku sangat gembira.
"Heem, aku bawa bekal. Eh kamu juga ya?" Mozza dengan sengaja melirik tas bekal yang aku tenteng sedari tadi. Aku hanya bisa bergumam sambil menggigit bibir bawahku menahan tawa. Padahal dia sudah tau, kan dia sendiri yang membawakankannya untukku.
Suasana kantin sudah sangat ramai saat kami tiba, sembari mencari tempat yang sekiranya kosong, Mozza berceletuk, "Eh boleh duduk bareng nggak? Rame banget nih, takut nggak ada kursi lagi."
Aku melirik pada Silla, meminta tanggapan. Setelah Silla mengangguk kami menuju meja kosong dipojok dengan 4 kursi. Mozza langsung duduk disebelahku, sementara Silla pergi membeli makan siangnya.
"Ah seneng deh bisa makan siang bareng kamu." Tangannya dengan sengaja mengusap pahaku, tangannya yang lain menopang dagu.
"Apalagi kalau makan siangnya spesial buatan pacar, ya?" Tanganku ikut turun kebawah, menghentikan jari jemarinya yang bergerak usil.
"Ih jangan buat aku gemes deh, bahaya tau." Mozza meremas tanganku sepersekian detik lalu kembali bersedekap diatas meja.
Aku hanya bisa senyum-senyum sendiri, memang jarang sekali kami bisa duduk satu meja saat makan siang di kantor.
"Nih aku bukain, aku buat rice paper rolls, ada yang pake shrimp, ada yang pake crab stick juga. Pake thai saos. Pokoknya kamu pasti suka deh." Dengan cekatan, Mozza membuka bekalku dan menyiapkannya. Dia selalu seperti ini saat kami sedang makan bersama. Membuatku hanya terdiam melihat kegesitannya menyiapkan makananku.
Melihat makanan buatannya itu, membuatku menelan ludah. Tidak sabar untuk mencicipinya. "Wah tau aja aku lagi jarang makan sayur. Pinter banget kamu mah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kompilasi (Short Story)
Short StoryPeringatan! Cerita ini mengandung lesbianism. Read at your own risk. Kisah tentang mereka mungkin lebih menyenangkan untuk diceritakan. Tapi kisah tentangmu, tentangku, tentang kita. Akan jauh lebih hebat. Percayalah. Cinta kita akan mengguncangka...