Dandelion

56 12 0
                                    

Hi!

Jangan lupa vote dan coment, yah!

Selamat membaca
_
_
_
_____________


Di kaki gunung, Belva dan Mikeil sedang menunggu Glen yang pergi ke supermarket terdekat untuk membeli beberapa cemilan. Mereka hanya diam saja, tidak ada yang mau berbicara karena canggung.

Karena bosan, Belva memilih mencoret-coret tanah menggunakan ranting kayu dan menggambar sesukanya.

"Gue lama, yah?" ucap Glen yang baru saja datang dengan menenteng plastik.

Belva mendongak.

"Baru nyadar, dasar lemot!" kata Belva sebal lalu berdiri.

"Iya-iya, sorry. Tadi gue ketemu teman gue di supermarket, jadi agak lama" ujar Glen tersenyum melihat tingkah Belva sambil mengacak rambutnya.

Mikeil yang melihat itu merasa jengah dan serasa jadi obat nyamuk.

"Apaan, sih!" ucap Belva marah sambil menghempaskan tangan Glen dari kepalanya lalu berbalik melangkah.

"KYAAAAAA" teriak Belva sakin kaget melihat kelabang yang ada di depannya.

Dia langsung mengambil batu dan ingin melemparnya. Sedangkan Glen yang kaget memegang dadanya karena teriakan Belva yang super duper sangat keras.

"Jangan dilempar. Dia kan gak gigit lo, jadi jangan dibunuh" ucap Mikeil menahan tangan Belva.

Belva melihat kelabang yang mulai menjahuinya dan melihat batu di tangannya. Mikeil benar, tidak seharusnya dia membunuh hewan yang tidak mengganggunya sama sekali. Alhasil dia menjatuhkan batu yang ada di tangannya.

"Ternyata lo penakut juga, yah" ledek Glen.

"Ya iyalah takut. Secara kan kelabang itu berbisa. Gimana kalau dia lompat trus terbang ke aku, kan bisa digigit" ucap Belva khawatir.

Mikeil dan Glen yang mendengarnya sedikit mengagah karena ucapan Belva barusan.

"Lo pinter tapi tolol yah," gumam Mikeil yang masih di dengar oleh Belva.

"Kamu ngatain aku?!" tanya Belva namun tidak di hiraukan oleh Mikeil.

"Kebanyakan nonton Film. Mana ada kelabang terbang!" geleng Glen lalu berjalan duluan di ikuti Mikeil.

"Eh, tungguin" tetiak Belva mengejar mereka berdua.



(===)

Di tengah gunung Belva merasa lelah untuk mendaki, jadi dia memegang batang pohon di dekatnya agar tidak terjatuh ke belakang. Dan dia berusaha menetralkan nafasnya karena dadanya juga mulai sesak dan kepalanya sedikit pusing serta penglihatannya sudah tidak normal karena kecapean.

"Lo udah nggak kuat?" tanya Mikeil khawatir.

"Nggak, gue masih kuat kok!" geleng Belva lalu melanjutkan langkahnya.

Mikeil yang melihat Belva yang berjalan tertatih seperti itu merasa kasian. Lutut Belva sudah bergetar, menandakan dia sudah mencapai batasnya. Dia berjalan mendekati Belva lalu membopongnya agar  tidak jatuh. Belva terkejut, tapi dia tidak menarik tangannya dari punggung Mikeil karena dia memang sangat membutuhkannya sekarang.

"Lagian kenapa ke puncak coba kalau gak kuat" kesal Glen tapi khawatir.

"Karena itu tempat yang bagus" balas Belva

Dasar! Sebagus apapun tempat itu kalau lo nggak kuat ke sana ya nggak usah. Dasar tolol! Batin Mikeil

"Eh. By the way, lo tau tempat ini dari mana? Soalnya yah, belum ada yang tau selain gue," tanya Glen pada Belva.

Why Should Be Me [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang