Satu minggu kemudian!
Hari minggu adalah hari yang paling menyenangkan karena di hari libur ini, orang-orang tersenyum. Yah, karena mereka bisa istirahat sejenak dari pekerjaan mereka masing-masing. Taman-taman di penuhi deretan keluarga yang membawa anak-anaknya bermain. Sedangkan di trotoar, terdapat para muda-mudi yang sedang bersepeda maupun berolahraga. Dan banyak juga para pasangan yang bergandengan tangan sambil bercanda tawa. Belva yang melihat itu merasa iri. Sekarang dia duduk di samping Kakeknya di atas mobil.
Dihari libur semua orang beraktivitas sesuai keinginan mereka, sedangkan dia tidak bisa melakukan apapun karena orang tuanya melarangnya keluar rumah. Beruntung sudah ada Kakeknya yang tinggal di rumah, jadi dia bisa keluar sekarang.
"Belva. Sebentar lagi kamu ujian dan masuk Universitas, kamu mau ambil jurusan apa?" tanya Rafi mencairkan suasana.
Belva menggeleng tidak tau harus melanjutkan pendidikannya atau tidak.
"Kamu harus menentukannya sekarang, waktunya sudah sangat dekat," saran Rafi
"Memangnya Mama dan Papa mau kalau Belva kuliah?"
Rafi tersenyum lalu mengelus kepala cucunya. "Kalau mereka nggak mau, Kakek yang akan menyekolahkan kamu, Nak."
Dari dulu juga Kakek, kan yang biayain semua kehidupan aku. Mereka nggak pernah tuh. Batin Belva sambil tersenyum kecut.
"Tapi kamu harus janji sama Kakek, harus dapat nilai yang bagus nanti!" kata Rafi menyodorkan jari kelinkingnya di depan Belva.
"Nggak janji," Belva tersenyum dan memukul pelan tangan Kakeknya.
"Harus janji dong."
"Nggak bisalah, Kek. Aku kan nggak tahu soalnya apa aja yang muncul nanti," balas Belva
"Tapi cucu kakek harus dapat nilai bagus" Rafi sangat antusias.
"Diusahain" Belva tersenyum pada Kakeknya.
Tidak lama melakukan perjalanan, mereka akhirnya sampai di rumah sakit. Belva langsung pergi ke ruangan VIP milik Omanya.
"Halo, Oma" sapa Belva saat membuka pintu ruangan.
"Halo, cucu Oma" Nisa tersenyum bahagia.
Belva menyalim tangan Omanya dengan lembut dan hati-hati.
"Bagaimana keadaan Oma, sekarang?" tanya Belva
"Sudah lebih baik, apalagi cucu Oma yang jenguk," jawab Nisa bercanda.
"Oma, maaf yah. Baru bisa jenguk sekarang!" ucapnya merasa bersalah.
"Oma marah loh, masa Salsa sering jenguk Oma, sedangkan cucu kesayangan Oma sendiri jarang," Nisa menampilkan wajah ngambeknya.
"Oma, maafin Belva." Rengek Belva sambil memeluk Nisa.
Nisa membalas pelukan Belva, namun tanpa sengaja air matanya turun mengingat Belva bukan cucunya.
"Oma kok nangis?" tanya Belva menghapus air mata Omanya.
"Nggak papa. Oma seneng aja," jawabnya bohong.
"Oma. Belva mau keluar sebentar" Izinnya.
"Mau kemana?" tanya Nisa
"Mau BAB" jawab Belva malu-malu.
"Alasan. Kamu mau kabur dari Oma, yah. Di sini kan ada toilet juga" kata Nisa menunjuk pintu kamar mandi.
"Iya Belva tau. Tapi Belva malu, nanti kalian denger Belva lagi. Dan biasanya kalau Belva lagi BAB kadang bau banget, kan malu," bisik Belva membuat Nisa tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Should Be Me [ Tamat ]
Mystère / Thriller> Follow dulu yah, karena sewaktu-waktu cerita ini akan di privat< Di benci oleh orang tua sendiri! Di bully! Di Teror! Di ancam! Di jadikan bahan taruhan! Dan ingin di bunuh! Siapa yang akan tahan jika menjalani hidup seperti itu? Yah, Dia Belva Am...