Aku Tidak Tahu

36 10 0
                                    

Ting tong!

Suara Bel di rumah itu berbunyi, membuat pemilik rumah itu keluar untuk membukakan pintu. Di rumahnya, orang-orang pada sibuk jadi dialah yang membukakan pintu untuk sang tamu.

"Iya. Siapa yah?" tanya Glen

"Saya kakeknya Belva." Jawab Rafi

"Oh, Kakeknya Belva. Silakan masuk Kek!" ucap Glen membuka pintunya lebar-lebar.

"Terima kasih."

"Kakek duduk dulu, biar saya panggilkan Belva," kata Glen lalu pergi.

Rafi duduk dengan sangat sopan sambil menunggu Glen. Sangat bosan menunggu, hingga dia harus mengalihkan rasa bosannya itu dengan melihat-lihat foto keluarga pemilik rumah itu.

Deg

Betapa kagetnya Rafi saat melihat foto pasangan yang terpajang di atas rak itu.

Bagaimana bisa? Batinnya

"KAKEK!" teriak Belva lalu berlari ke arahnya.

Rafi menoleh ke arah sumber suara itu. Dan matanya langsung tertujuh pada Isabel. Isabel yang melihatnya juga tidak kalah kagetnya. Waktu seakan berhenti dan tubuh mereka mematung.

"Kakek dateng jemput Belva yah?" tanya Belva

"Kakek" Panggil Belva membuyarkan Rafi yang masih belum berkedip.

"Iya. Kenapa?" tanya Rafi tersadar akan cucunya.

"Kakek terpesona yah, sama kecantikan Mama Isabel" goda Belva

Mama? Ulang Rafi dalam hatinya.

"Nggak jelas lo" ucap Glen

"Aku nggak ngomong yah sama kamu" kesal Belva.

Belva dan Glen beradu mulut di depan Isabel dan Rafi. Suara mereka begitu mendominasi ruangan itu, namun Isabel dan Rafi tidak menghiraukannya. Pertanyaan dan pertanyaan bermunculan di benak mereka masing-masing.

Om Rafi kakeknya Belva? Bagaimana mungkin? Tanya Isabel di dalam hatinya

Sejak kapan mereka dekat dan saling mengenal? Batin Rafi

"Aku benar kan kek" kata Belva meminta persetujuan namun tidak di hiraukan lagi.

Rafi tersadar. Dia lalu mengalihkan pandangannya pada cucunya itu.

"Saya akan membawa Belva pulang. Sekali lagi terimah kasih telah merawat dan mengobati cucu saya" ucap Rafi

"Tapi Kek, kami lagi buat kue. Kakek tunggu bentar aja, sebentar lagi mateng tuh" kata Glen

"Bener tuh Kek. Masa Belva nggak--"

"Maaf tapi kami buru-buru. Kami pamit" ucap Rafi lalu membawa Belva pergi.

"Aku pulang Glen, Mah. Dah!"

Ucap Belva sedikit berteriak karena seperti di seret oleh kakeknya.

"Kenapa kakeknya Belva buru-buru?" tanya Glen sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Lain halnya dengan Isabel. Dia masih berdiri kaku karena masih kaget dengan kejadian barusan.

"Mama kenapa?" tanya Glen melihat Mamanya yang berdiri seperti orang kaget.

"Tidak papa" jawab Isabel lalu pergi meninggalkan ruangan itu.

"Aneh" ucap Glen

Kenapa harus cucu mereka? Batin Isabel


Why Should Be Me [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang