Hi, hi, hi!
Kabar kalian baik, kan?
Hari ini aku update lagi, soalnya jiwaku meronta-ronta menyuruhku buat nulis ide ini.
Semoga kalian suka yah.
Selamat membaca, readers ku tersayang!
❤❤❤
==============================
Setelah sampai di kamar, pemandangan yang pertama kali Belva lihat adalah wanita paruh baya yang cantik, tapi sayang badannya sangat kurus. Dan sekarang terduduk di kursi balkon."Aku boleh nyamparin Mama Kamu?" tanya Belva meminta persetuhuan.
"Boleh. Kalau ada apa-apa teriak aja. Gue mau ambil minum dulu."
Setelah Glen pergi, Belva mendekati Wanita itu dengan langkah pelan. Tidak tahu kenapa hatinya terasa sakit melihat wanita itu sakit.
"Tante," panggil Belva sambil jongkok di depan wanita itu. Namun yang di panggil tidak merespon.
"Tante," panggilnya sekali lagi dan bola mata wanita itu beralih padanya.
Wanita iti memandang Belva sangat lama dengan pandangan yang sangat sulit di artikan. Tapi Belva bisa melihat, di dalam mata indah itu menyuratkan kesedihan yang mendalam.
Tidak lama tangan wanita itu terangkat dan mengelus rambut Belva sambil memandang wajahnya. Dan tidak lama kemudian, mata indah itu mengeluarkan air mata.
"Tante kenapa?" tanya Belva khawatir menghapus air mata itu.
Yang di tanya malah menggeleng dan terus menangis.
"Tante, Belva minta maaf kalau memang kedatangan Belva di sini buat Tante sedih," kata Belva lalu memeluknya.
Berniat ingin menenangkan, wanita itu malah semakin menagis di pelukan Belva.
"Nggak papa. Tante boleh nangis dan keluarin semua isi hati Tante sekarang," ucap Belva menepuk pelan punggung Isabel.
"Belva tahu kok, saat ini Tante berada di titik terendah. Belva ngerti. Jadi tidak usah sungkan untuk menangis" lanjutnya yang juga ikut menangis.
Mendengar ucapan Belva, Isabel benar-benar menumpahkan semua isi hatinya dengan menangis, hingga baju Belva basah.
Glen, yang sedari tadi berada di luar mendengar Ibunya menagis sangat pilu juga ikut menangis. Sebenarnya,tadi dia hanya beralasan ingin mengambil minum, padahal dia kembali lagi dan mendengarkan perkataan Belva.
Sejujurnya, Glen sudah putus asa dengan pengobatan ibunya. Sudah banyak dokter yang mengobati ibunya dengan berbagai cara, namun tidak ada yang berhasil. Dan hari ini, membawa Belva bertemu dengan ibunya adalah pilihan yang tepat.
Bi Sarti yang datang membawa minuman kaget, karena suara majikannya yang menangis. Merasa marah dan ingin memarahi Belva, tapi Glen menahannya dan menggeleng agar tidak mengganggu.
"Belva," ucap Isabel usai menangis.
"Ya Tante."
"Namamu bagus sayang," Isabel sambil mengelus kepala Belva.
"Makasih tante," balas Belva menyeka air matanya.
"Panggil Mama yah" kata Isabel membuat Belva menatapnya tidak percaya.
"Mama?" ulang Belva Isabel mengangkuk meneteskan air matanya.
"Memangnya boleh?" tanya Belva ingin menangis.

KAMU SEDANG MEMBACA
Why Should Be Me [ Tamat ]
غموض / إثارة> Follow dulu yah, karena sewaktu-waktu cerita ini akan di privat< Di benci oleh orang tua sendiri! Di bully! Di Teror! Di ancam! Di jadikan bahan taruhan! Dan ingin di bunuh! Siapa yang akan tahan jika menjalani hidup seperti itu? Yah, Dia Belva Am...