Dorrrr....
"Akh" ringis Belva
Glen membulatkan matanya kaget lalu berteriak. "BELVA."
Belva memegang lengannya yang mulai mengeluarkan darah. Hah! Dia benar-benar sial dalam hidupnya. Belum sembuh luka lainnya, di lengannya bertambah satu luka lagi.
"Lo nggak papa?" tanya Mikeil karena Belva mendorongnya demi melindunginya dari peluru.
Glen langsung merobek bajunya dan langsung mengikat lengan Belva agar tidak mengeluarkan terlalu banyak darah.
"Lengan aku cuman tergores. Tapi dia--" jawab Belva lalu menunjuk Riski.
Dodi menjatuhkan pistol di tangannya karena salah bidik. Kemudian langsung berlari memegang perut Riski.
"Kita ke rumah sakit sekarang" ucap Mikeil dan langsung menggendong Belva ala bridal kemudian keluar ruangan itu. Hal itu membuat Belva membulatkan matanya karena kaget.
"Maaf gue salah" Ucap Dodi memegang perut kakaknya yang terkena peluru.
"Bawa dia ke rumah sakit. Dia lebih parah dari aku" pinta Belva melihat keadaan Riski.
"Lo sehat kan, Belva. Dia udah celakain lo!" bentak Glen.
"Kalau kalian nggak mau bawa dia, aku juga nggak mau ke rumah sakit" ancamnya lalu berusaha turun dari gendongan Mikeil hingga terjatuh.
"Akh" ringisnya lalu berusaha berdiri dan kembali ke ruangan itu.
"Dasar Bodoh!" ucap Mikeil, sedangkan Glen frustasi dan langsung mengikuti Belva.
"Kita harus ke rumah sakit sekarang" kata Belva pada Dodi yang sudah menangis.
"Tapi kita nggak punya uang" balas Dodi yang masih stay menekan perut kakaknya.
"Kamu nggak usah pikirin itu, keadaan dia lebih penting sekarang!" bentak Belva panik melihat darah Riski yang sangat banyak merembes keluar.
Dia lalu berusaha mengangkat Riski namun tidak bisa karena berat badan Riski yang terlalu berat.
"Minggir lo!" ucap Glen.
Mikeil, Dodi dan Geln lalu mengangkat Riski yang sudah tidak sadarkan diri ke mobil.
Setelah semuanya masuk ke dalam mobil, Mikeil lalu melajukan mobilnya ke arah rumah sakit. Dia sangat laju membawa mobil hingga seperti orang gila yang menginjak gas. Penumpang yang ia bawah hanya bisa pasrah dan berpegang erat.
Belva yang duduk di samping kemudi, tidak bernafas. Karena Mikeil membawa mobil dengan sangat kencang. Itu semua karena dia masih emosi dengan sikap Belva yang menolong orang jahat.
"Hiks ... Riski tidak akan mati tertembak, tapi karena kecelakaan" gumam Dodi menangis sambil mempererat sabuk pengaman yang dia gunakan berdua.
"Seharusnya kau bersyukur karena kami mau membawa dia ke rumah sakit!" balas Glen sinis.
"Glen ...." tegur Belva agar berhenti.
Glen memutar bola matanya kesal ke arah lain karena sikap Belva yang berlebihan.
Saat tiba di rumah sakit, Mikeil tiba-tiba menginjak rem mendadak. Hal itu membuat semua kepala yang ada di mobil maju ke depan. Hingga kepala Belva terbentur di dhaspoard.
Dodi langsung memanggil suster yang kebetulan lewat di depan mobil Mikeil. Suster itu kemudian memanggil temannya dan membantu Riski masuk ke dalam rumah sakit. Sedangkan Mikeil keluar dan langsung membanting pintu.
"Belva lo juga harus turun biar lengan lo bisa di obatin" suruh Glen sambil membukakan pintu karena Belva tidak turun sedari tadi dan memilih menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Should Be Me [ Tamat ]
Mystery / Thriller> Follow dulu yah, karena sewaktu-waktu cerita ini akan di privat< Di benci oleh orang tua sendiri! Di bully! Di Teror! Di ancam! Di jadikan bahan taruhan! Dan ingin di bunuh! Siapa yang akan tahan jika menjalani hidup seperti itu? Yah, Dia Belva Am...