Hei....
Semoga kalian sehat dan semangat hari ini, biar bisa baca ceritaku wkwkwk....
Ini perintah! Biar bisa baca ceritaku hahaha....
Canda perintah ✌😅
Selamat membaca yah!
Di sebuah rumah mewah bak istana, terlihat seorang wanita paru baya di atas balkon. Wanita itu terduduk di atas kursi memandang ke arah bawah taman depan rumahnya dengan pandangan yang sulit diartikan kesedihannya.
Clek
Pintu terbuka memperlihatkan seorang pembantu rumah tangga yang membawakan sebuah makanan di atas nampan, di ikuti seorang laki-laki paru baya dari belakangnya yang berpakaian kantoran menuju ke arah balkon.
"Isabel. Kamu harus makan, nanti kamu sakit sayang," katanya menunduk di depan kursi sambil mengelus rambut istrinya.
Isabel masih terdiam dan masih melihat ke arah bawah taman itu.
"Isabel," panggilnya sekali lagi dengan suara yang lembut.
"Crishtan, seandainya dia ada di sini sekarang, mungkin dia sudah menanam bunga bersamaku setiap sore di taman itu sekarang," lirih Isabel dengan suara sangat pelan.
Deg
"Tuan, Nyonya berbicara" kata pelayan itu senang.
Cristhan mematung mendengar istrinya berbicara setelah beberapa tahun terakhir walaupun dengan suara yang sangat pelan.
"Bi, Isabel benar-benar bicara kan tadi? Atau saya hanya salah dengar, atau ... ini hanya mimpi" ujar Cristhan sambil memukul pipinya.
"Anda tidak bermimpi Tuan. Nyonya Isabel memang bersuara tadi" ucap pelayan itu menyadarkan majikannya sambil terus tersenyum senang.
"GLEN!" teriak Cristhan senang sambil berlari ke arah pintu.
"GLEN" teriaknya lagi.
"Kenapa Papah berteriak di sini, nanti kalau mama kaget bagaimana? Bisa panjangkan urusannya!" kesal Glen memasuki kamar.
"Glen, Mama kamu tadi ngomong. Kalau nggak percaya tanya Bi Sarti" kata Cristhan sangat senang dan Bi Sarti mengangkuk.
"Benar, Pah. Mama ngomong lagi" tanya lagi dengan wajah berbinar lalu melihat mamanya.
"Lagi? Memangnya sebelumnya Mama pernah ngomong?" tanya Cristhan balik.
"Iya" Glen mengangkuk antusias membuat ekspresi Ayahnya berubah.
"Kenapa tidak bilang sama Papa? Itu kabar baik. Dasar anak laknat kamu yah!"
"Biarin" balas Glen.
"Papa marah yah Glen, giliran kabar buruk di kasih tau Papa, dan kabar baik nggak. Berangkat sekolah kamu sekarang! Sebelum Papa marah besar!" kesal Cristhan sambil menunjuk pintu.
"Glen nggak mau sekolah hari ini" ucapnya lalu melangkah ke arah balkon.
"Wait, wait. Nggak boleh. Kamu harus tetap ke sekolah. Papa nggak mau yah anak papa bodoh" kata Cristhan masih kesal menahan Glen .
"Cuma hari ini, oke" Glen dengan wajah memelas.
"Maaf Tuan, saya izin keluar karena tugas saya sudah selesai" Izin Bi Sarti sambil menunduk.
"Iya. Makasih yah, Bi" balasnya lalu Bi Sarti keluar.
"Pah."
"Nggak! Berangkat sekolah sekarang!" tolaknya lalu memutar tubuh Glen ke arah pintu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Why Should Be Me [ Tamat ]
Misterio / Suspenso> Follow dulu yah, karena sewaktu-waktu cerita ini akan di privat< Di benci oleh orang tua sendiri! Di bully! Di Teror! Di ancam! Di jadikan bahan taruhan! Dan ingin di bunuh! Siapa yang akan tahan jika menjalani hidup seperti itu? Yah, Dia Belva Am...