Takut

99 62 159
                                    

Hi!

Selamat membaca yah!

Kuharap kalian suka membaca ceritaku!

Jika ada kesalahan. Itu wajar, karena aku masih pemula dan di tambah lagi aku nulis part ini pukul 23:50 hingga selesai.

Jangan lupa dukung aku selalu dengan cara vote dan coment ceritaku yah!

Sekali lagi selamat membaca!

Love U readersku yang setia 😘

❤❤❤❤

==============================

Saat di atas Bus, Belva menyandarkan kepalanya di jendela sambil menangis. Dia merasa hidupnya benar-benar dipermainkan oleh orang-orang di sekitarnya.

Harusnya mereka sadar, jika berada di posisinya sekarang, apa mereka akan suka atau bahagia. Pasti tidak! Kenapa mereka semua tidak berfikir dalam bertindak? Kenapa mereka sangat suka mempermainkan hidupnya?

Seorang nenek-nenek yang duduk di sampingnya merasa kasian padanya. Sedari tadi sejak dia naik di Bus, dia memang menangis terus tanpa henti.

"Kamu baik-baik saja, Nak?" tanya seorang nenek yang duduk di sampingnya.

"Saya nggak papa kok, Nek" jawab Belva sambil menyeka air matanya.

"Kamu tidak bisa berbohong, Nak" ucap Nenek itu melihat mata Belva yang memancarkan kesedihan.

Belva diam lalu menunduk. Memang benar, dia tidak baik-baik saja sekarang.

"Tersenyumlah. Kau sangat cantik jika tersenyum!" bujuk nenek itu.

"Saya nggak cantik, Nek. Liat wajah saja banyak bekas jerawatnya," balas Belva menunjukkan beberapa bekas jerawatnya di pipi.

"Itu wajar, kamu kan masih puber. Jadi wajar jika punya jerawat, apalagi bekasnya!" kata nenek itu tersenyum.

"Tapi beberapa temanku tidak punya jerawat Nek. Bahkan wajahnya sangat mulus," celetus Belva iri melihat wajah teman-teman kelasnya.

"Memang beberapa orang ada yang seperti itu," balasnya dengan senyum.

"Kenapa?" tanya Belva penasaran.

"Kamu cari saja di internet, karena kalau nenek jelaskan, lama. Ini madu, pakailah untuk menghilangkan bekas jerawat di wajahmu itu. Saya sudah mau sampai soalnya," kata nenek itu mengeluarkan madu sebotol mini itu dari tas belanja miliknya lalu memberikannya pada Belva kemudian berdiri.

"BERHENTI DI DEPAN PAK!" teriak nenek itu lalu meninggalkan Belva.

"Eh. Makasih yah Nek" ucap Belva

"Iya," balas Nenek itu lalu turun.

Tidak lama kemudian Belva juga sampai di depan jalan kompleksnya. Belva lalu membayar ongkosnya dan kemudian turun. Dia mulai berjalan melewati trotoar dengan santai sambil melihat madu pemberian nenek tadi.

Saat di depan sebuah Indomaret, Belva berhenti sejenak melihat tokoh ritel itu. Kakinya melangkah begitu saja ke arah tempat perbelanjaan itu dan memasukinya.

"Selamat datang!" sapa salah satu pegawai tokoh itu dengan senyum hangat dan Belva membalasnya juga dengan senyum.

Dia kemudian mengambil keranjang perbelanjaan dan mulai melihat-lihat. Yang pertama mengisi keranjangnya adalah beberapa cemilan dan roti dan beberapa perlangkapan seorang kaum hawa. Setelah itu matanya tertuju ke arah rak sceen care. Belva mengambil beberapa produk yang ada di sana seperti pelembab wajah, masker, pelembab bibir dan beberapa hal lainnya. Tidak lupa dia juga membeli farfum.

Why Should Be Me [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang