Benci

33 11 0
                                        


Plak!

Belva menunduk. Ingin sekali ia menangis, tapi entah kenapa air matanya tidak mau keluar lagi. Mungkin di sudah lelah. Ibunya benar-benar tidak segan memukulnya.

"Kau mau mempermalukan kami di depan para gurumu itu, Hah!" bentak Sella

Belva menggeleng.

"Lalu kenapa Salsa disalahkan dalam kecelakaanmu itu. Dia tidak salah sama sekali" kata Sella marah.

"Belva nggak tau, Mah" balas Belva

"Dengar yah. Kalau Salsa sampai dikeluarkan dari sekolah, kau akan ku bunuh!" ancam Sella

"Kenapa Mama ngomong kayak gitu. Kenapa Mama nggak pernah mahamin perasaan aku sedikit pun?" tanya Belva sambil menangis.

"Ck, Memahami? Jangan harap. Kehadiranmu saja sudah menebar banyak masalah. Harusnya memang kamu tidak ada di dunia ini, karena kamu hanya bisa menghancurkan kehidupan orang lain"

Deg

Kata-kata itu sama dengan yang dikatakan Audrea. Apa memang dia tidak pantas berada di dunia ini.

"Mah, kenapa benci sama aku sampai segitunya. Padahal aku selalu nurutin apa kemauan Mama sama Papa. Aku selalu mendapatkan prestasi yang bagus di sekolah, menang di berbagai lomba. Sedangkan Salsa, dia sangat kalian sayang dan manja di depan aku. Padahal dia nggak bisa banggain Mama kayak aku. Aku kurang apa di mata Mama Papa?"

"Karena Salsa anak saya , sedangkan kamu anak ... yang hanya membawa sial buat kehidupan keluarga saya!" kata Sella membuat Hati Belva tergores.

"Apa tidak sedikit pun tempat aku bisa disayang dan dimanja sama Papa Mama?" tanya Belva meneteskan air matanya.

"Itu apalagi. Mustahil! Kamu nggak pantes dapat kebahagiaan di rumah inin" ucap Sella

"Kenapa?" tanya Belva dengan air mata yang membanjiri wajahnya.

"Karena melihat wajahmu saja sudah membuat saya naik pitam dan semakin benci padamu, anak sialan!" kesal Sella lalu pergi dari hadapan Belva.

Belva menangis dengan suara yang tertahan. Apakah masalah yang dia sebebkan begitu besar hingga begitu di benci oleh ke dua orang tuanya.

Tidak tahan manahan suara tanginya,  Belva berlari ke kamarnya. Menutup pintu  dan menenggelamkan wajahnya di kasur. kepalanya begitu pusing dan dadanya sesak dan sakit.

Belva yang ningin mengeluarkan semua isi hatinya lagi-lagi mengambil balon dan meniupnya hingga pecah.


******

Sedangkan di kediaman lain, terlihat seorang anak dan ayahnya sedang bercerita di sebuah balkon. Mereka begitu menikmati angin malam dan pemandangan kota.

"Pah, Glen benar-benar nggak nyangka Mama sudah pukih total dalam waktu sekejab," ucapnya tersenyum bahagia.

"Papa juga. Rasanya seperti mimpi," balas Cristhan

"Oh iya. Gimana caranya Mama mau ngomong sama Papa?" tanya Glen penasaran.

"Ceritanya lucu sih, tapi ekstrem juga hehehe" jawab Cristhan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Ekstrem?"

"hmm. Jadi gini, waktu kamu berangkat ke Bandung waktu itu, dokyer Erista nyaranin buat melakukan hal yang bisa ngagetin Mama kamu. Dan Papa bilang ke Mama, kalau Papa selingkuh dengan sekretaris Papa karena bosan dengan Mamamu. Waktu itu sih, Mama belum merespon apapun sampai Papa ke kantor. Tapi jam empat sore, sekretaris Papa menelfon kalau Mama ngelabrak dia dan suaminya di Mall."

Why Should Be Me [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang