Prang!!!
Kanaya membuka kelopak matanya dengan cepat saat dia tiba-tiba saja mendengar suara benda pecah belah yang berhasil membuat dirinya terkejut bukan main. Dia lantas bangkit dari posisi berbaringnya lalu segera mengedarkan pandangannya ke sekitar.
Kanaya mengerjapkan kelopak matanya dengan cepat saat dia baru sadar bahwa dia masih di rumah Arsan. Kanaya melirik jam dinding yang menunjuk ke angka enam pagi. Sial, rupanya sudah selama itu Kanaya terkurung di tempat ini, untung saja Kanaya sudah izin pada Raya semalam dengan mengatakan kalau dia menginap di rumah temannya.
Tolong jangan salah paham mengira Kanaya itu manusia yang hobi berbohong. Ini jelas hanya sebuah keterpaksaan semata. Semuanya tentu saja karena manusia dingin itu yang tidak juga kembali sehingga dia harus terkurung di rumah ini semalaman penuh sehingga Kanaya terpaksa berbohong pada Raya agar kakaknya itu tidak khawatir. Padahal Kanaya ingat betul bahwa Arsan berjanji pada anaknya sendiri kalau dia tidak akan lama-lama bekerja dan akan segera pulang, tapi apa buktinya sekarang?
Sungguh, Kanaya tidak habis pikir. Ayah mana yang setega itu meninggalkan anaknya dengan wanita asing sepertinya semalaman penuh di rumahnya sendiri. Apa Arsan tidak pernah memikirkan kemungkinan buruk sekalipun. Misalnya berpikiran buruk seperti Kanaya tiba-tiba menggondol habis uang atau barang mewah di rumah ini, menculik Fabian lalu menjualnya atau mungkin membakar rumah ini lantaran sikap Arsan yang menyebalkan bagi Kanaya.
Ah, benar juga, sepertinya isi pikiran pria itu terlampau positif.
Kemarin saja pria itu bisa seenaknya menitipkan Fabian pada Vely, Si Tante kurang ajar penyiksa anak-anak yang berhasil membuat sikunya terluka seperti ini lalu berakhir Kanaya yang harus terjebak di rumah megah tapi sepinya mengalahkan kuburan ini. Seandainya wanita sok cantik itu ada dihadapan Kanaya, Kanaya bersumpah dia akan menjambak rambutnya itu sampai otaknya yang miring kembali menjadi benar.
Oke, sepertinya Kanaya harus segera berhenti merutuki nasib sialnya dan mulai fokus pada suara yang berhasil membuatnya terbangun tadi.
Kanaya sih percaya hantu. Tapi Kanaya tidak yakin ada hantu muncul disaat matahari akan segera menunjukkan eksistensinya. Kanaya yakin pelakunya pasti manusia, yang jelas bukan Arsan, sebab manusia kelewat dingin itu sedang tidak ada di rumah. Jadi hanya ada satu kemungkinan sekarang, Fabian.
Ya, pasti anak aneh itu.
Lagi, Kanaya mengedarkan pandangannya mencari dari mana asal sumber suara tadi. Manik cokelatnya berhenti bergulir tepat saat Kanaya melihat presensi seorang Fabian yang memakai baju piyamanya yang dipenuhi kepala beruang madu ---entah kapan Fabian berganti baju--- terlihat sedang berjongkok di belakang pecahan gelas yang berserakan di area ruang makan.
Tepat, seperti dugaannya, pelakunya adalah Fabian.
Kanaya pun segera bangkit dari posisinya lalu menghampiri Fabian yang sedang mengulurkan tangannya ke depan dengan ragu, sepertinya dia berniat membereskan pecahan gelas itu sendiri.
"Fabian"
Fabian menarik tangannya menjauh dari pecahan gelas itu. Dia menoleh cepat ke arah sumber suara. Anak itu menatap Kanaya dengan tatapan terkejutnya sebelum akhirnya dia bangkit berdiri lalu bersembunyi di belakang kursi makan yang berada di dekat area di mana pecahan gelas itu berserakan.
Kanaya menghentikan langkahnya seketika, kurang lebih satu setengah meter dari posisi Fabian. Kanaya mengerutkan keningnya keheranan lantaran Fabian yang tiba-tiba saja bersembunyi darinya.
Atensi Kanaya kembali tertuju pada pecahan gelas yang berserakan di lantai begitu Fabian menatap ke arah sana lebih dulu disusul oleh bibirnya yang melengkung ke bawah. Tunggu dulu, apa... apa Fabian merasa bersalah sudah memecahkan gelas? Oh dan tatapan ketakutannya itu... Apa mungkin Fabian takut dirinya marah pada Fabian karena sudah memecahkan gelas?
KAMU SEDANG MEMBACA
COLORS (✓)
Fanfiction(Completed) Local Fanfiction Cast : Gfriend and Seventeen Percintaan | Keluarga | Persaudaraan | Drama COLORS Sinopsis : Kehidupan keluarga Senandika terlihat begitu sempurna meskipun tanpa kehadiran sosok seorang Ibu. Sang Ayah yang notabennya ada...