Goresan 32 : Berbagai Kemungkinan

187 36 9
                                    

Trailer Colors sudah aku upload di YouTube. Bisa diliat langsung di chap setelah prolog ya 🤗

.
.
.
.

Restu menepikan mobil yang dia kendarai dipelataran rumah keluarganya. Terlihat dengan jelas bagaimana rumah mewah itu berdiri dengan kokoh bahkan jauh lebih mewah dari pada rumah Ayah Senan. Raya yang notabenenya ada di dalam mobil atau tepatnya duduk di sisi Ibu Ratih di area bangku belakang tampak menelan ludahnya gugup entah karena apa. Sepertinya perasaan seperti dirinya adalah orang yang sangat kecil tampak menguasai diri Raya. Perasaan minder pun tidak bisa lagi terelakkan. Padahal jika dipikir-pikir lagi Raya baru melihat betapa megahnya rumah itu dari luar, entahlah perasaan aneh semacam apa lagi yang nantinya akan timbul apabila dia sudah menginjakkan kakinya di rumah megah itu. 

"Ayo, Nak masuk" ujar Ibu Ratih sembari memegang tangan Raya membuat atensi Raya tertuju pada beliau.

Raya tampak melemparkan senyuman canggungnya sembari menganggukkan kepalanya pelan. Dia pun segera keluar dari mobil  kemudian membantu Restu yang memang sejak tadi sudah sibuk mengeluarkan kursi roda Ibunya dari bagasi mobil.

"Biar aku aja" ujar Raya saat Restu akan mendorong kursi itu menuju ke bangku penumpang. Restu tampak menatap Raya sekilas kemudian menganggukkan kepalanya pelan.  Raya pun langsung mengambil alih kursi roda itu lantas membawanya sampai ke sisi mobil bagian penumpang lalu tidak segan membantu Ibu Ratih duduk di kursi roda. Barulah setelahnya Raya mendorong kursi roda tersebut memasuki rumah megah keluarga Ibu Ratih diikuti oleh Restu yang membawa tas berisi pakaian Ibu Ratih.

Begitu memasuki area ruang tamu yang begitu luas seluas ruang keluarga di rumah Ayah Senan, mereka bertiga langsung disambut oleh kehampaan karena memang seluruh keluarga Ibu Ratih sedang sibuk bekerja, paling-paling hanya asisten rumah tangga saja yang terlihat berjalan tergopoh-gopoh dari area dapur menghampiri mereka.

"Ibu sudah pulang?" Sapanya pada majikannya. Tampak jelas raut bahagia terpatri di wajahnya. Sepertinya dia sudah bekerja cukup lama di rumah keluarga Ibu Ratih dan sepertinya juga hubungan antara mereka sudah seakrab itu.

Ibu Ratih menganggukkan kepalanya pelan, "antar saya ke kamar ya, Bi" ujarnya yang dibalas anggukan kepala wanita paruh baya tersebut. Wanita itupun mengambil alih tas pakaian milik Ibu Ratih kemudian segera mendorong kursi roda yang diisi oleh Ibu Ratih menuju ke kamar Ibu Ratih. Tapi sebelum mereka pergi, Ibu Ratih menyempatkan diri untuk mengatakan sesuatu pada Restu.

"Restu ajak Nak Raya keliling rumah ya. Biar Nak Raya tau rumah calon mertuanya itu seperti apa"

Dan ketika Ibu Ratih pergi bersama asisten rumah tangga tersebut dan kemudian menyisakan mereka berdua di sana. Saat itulah suasana berubah canggung. Raya kemudian melirik Restu yang terdiam sembari sesekali melirik Raya.

Begitu tatapan mereka saling bertubrukan, Restu langsung melemparkan senyuman canggungnya. Dia tampak menunjuk ke arah sekitar, "Mbak kalau mau lihat-lihat silahkan" katanya kelewat jujur.

Refleks, Raya pun menarik kedua sudut bibirnya ke atas. Entah kenapa mulai merasa terbiasa dengan sifat Restu yang selalu kelewat jujur dalam bertindak dan berbicara. "Kalau ditemenin kamu, kamu mau?"

Restu mengerjapkan kelopak matanya beberapa kali saat Raya memberikan satu pertanyaan berupa ajakan seperti itu. Restu pun terlihat mengusap tengkuknya ragu meskipun setelahnya dia hanya menganggukkan kepalanya pelan.

COLORS (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang