Goresan 16 : Tanda Tanya

243 50 11
                                    

Daniar menarik tangan Cacha yang berniat menghampiri Ilham yang baru saja memarkirkan sepedanya tepat di halaman rumah Daniar. Cacha menatap Daniar sinis, "ih sakit tau, Dan" gerutunya.

Daniar menaruh jari telunjuknya di depan bibirnya, "shhh! Diem jangan berisik, Cha"

Cacha merengut sebal, "ya, habis Daniar nyebelin"

Daniar memukul pelan mulut Cacha menggunakan telapak tangannya meminta Cacha untuk berhenti berbicara dengan suara lantang.

Cacha mengusap bibir berharganya penuh sayang. "Tega banget sih, Dan"

"Ya, makannya diem" ujar Daniar penuh penekanan membuat Cacha segera menganggukkan kepalanya cepat mematuhi perintah Daniar. Jangan tanya alasannya kenapa, tentu saja karena Cacha takut. "dengerin gue ya, Cha. Gue kan yang ajak Alka sama Ilham buat datang ke rumah dengan alasan kumpul-kumpul biasa, jadi gue mau pedekate lo di tahap pertama ini jangan terlalu keliatan jelas. Lo tetep bersikap kaya lo pada biasanya, yang perhatian terus cerewet dan---"

"Ih, Daniar juga cerewet ya" gerutu Cacha tidak terima Daniar mengatakan kejelekannya seolah-olah hanya dirinya saja yang cerewet di sini. Daniar pun sama cerewetnya seperti Cacha. Ini bukan menurut pendapat Cacha, melainkan pendapat dari Alka.

"Heh! gue bilang tadi apa? Jangan berisik dodol!" Daniar mendorong kepala Cacha pelan lantaran merasa kesal bukan main karena Cacha itu sulit sekali diberitahu.

"Daniar---hmphh!" Daniar membekap mulut Cacha---yang tadinya akan memarahi Daniar karena seenaknya memukul kepalanya---menggunakan telapak tangannya saat dia melihat Ilham berjalan mendekati pintu utama rumahnya sembari sibuk membuka resleting jaketnya. Bagaimanapun juga Ilham tidak boleh tahu kalau mereka sedang mengintip dari area ruang tamu rumah Daniar. "Inget ya, Cha, pokoknya nanti pas proses pedekate itu lo cuma harus selipin pertanyaan-pertanyaan yang merujuk ke urusan pribadi Ilham. Contohnya tipe cewek Ilham tuh yang kaya gimana dan sebagainya. Oke?" Bisik Daniar penuh penekanan agar Cacha paham.

Cacha mengacungkan jempolnya ke depan wajah Daniar. Ia tidak bisa menjawab langsung lantaran mulutnya masih dibekap oleh Daniar.

"Good" Daniar pun segera menutup gorden jendela di area ruang tamu lalu melepaskan bekapannya pada mulut Cacha. Daniar menunjuk ke arah depan lalu segera masuk ke dalam sementara Cacha sendiri langsung membuka pintu utama rumah Daniar untuk melancarkan aksi pendekatan tahap pertama dengan beberapa tips cantik dari Daniar.

Seharusnya sih Cacha tidak perlu melakukan tips dari Daniar barusan mengingat Daniar saja gagal mendapatkan hati gebetannya yang sialnya malah jatuh hati pada Yuri, tapi Cacha yakin seratus persen kalau tips dari Daniar itu sebenarnya berguna sekali, hanya saja kalau diterapkan untuk Daniar sendiri pasti tidak akan bekerja. Kalau menurut Cacha sih alasannya karena Daniar memiliki dosa sepanjang rel kereta api atau mungkin dia pernah dikutuk 'sial seumur hidup' oleh Mama Daniar yang notabennya seperti musuh Daniar. Tidak, permusuhan mereka ini bukan karena masalah serius. Permusuhan mereka ini hanyalah selayaknya Spongebob dan Patrick saja yang kemudian akan akur kembali. Bisa dikatakan permusuhan mereka itu adalah bentuk dari kedekatan mereka. 

Alasan kenapa ibu dan anak itu bertingkah selayaknya musuh karena Daniar yang pemalas dan selalu merusak tatanan barang di rumahnya alias hobi membuat rumah berantakan dan Mama Daniar yang benci melihat rumahnya berantakan. Tidak ada hari tanpa keributan diantara keduanya yang memang sama-sama cerewet. Meskipun begitu, Daniar pernah bilang kalau Mamanya adalah Mama terbaik sepanjang masa mengingat begitu besar perjuangan beliau dalam membesarkan Daniar seorang diri. Ya, Mama Daniar adalah seorang single parent yang sudah bercerai baik-baik dengan mantan suaminya ketika Daniar baru duduk di bangku SMP. Sekarang Ayah Daniar sendiri sudah menikah lagi dengan janda beranak satu yang usia anaknya sepantaran Daniar, beliau tinggal di luar kota dan sejauh ini Daniar dan Ayahnya masih berhubungan baik. Mama Daniar juga merupakan wanita karir yang menjadi pemilik sebuah sekolah PAUD---bisa jadi itulah alasan lain kenapa Daniar ingin menjadi seorang guru PAUD---sekaligus guru PNS yang mengajar di SMA yang sama yang menjadi tempat Melinda mengajar. Bisa dikatakan meskipun Daniar hidup tanpa sosok seorang Ayah, Daniar tidak pernah kekurangan kasih sayang maupun kekurangan biaya.

COLORS (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang