Goresan 36 : Special Feeling

192 41 12
                                    

"Halo Adek-adek" sapa Sita dengan sangat ceria pada anak-anak panti yang berkumpul di ruang bermain.

Krisna dan Namira yang notabenenya sedang menemani mereka secara refleks menoleh ke arah sumber suara. Melihat Sita yang datang sembari membawa beberapa paper bag ditemani oleh Nanda selaku orang yang baru saja membukakan pintu untuk Sita beberapa menit sebelumnya.

"Tante Sita datang ke sini bawain mainan buat Adek-adek" ujar Sita lagi yang seketika membuat anak-anak itu berteriak bahagia. Sita tersenyum senang melihat keantusiasan anak-anak tersebut hanya lantaran Sita datang sembari membawa mainan untuk mereka. Melihat mereka yang sudah tidak sabar mendapatkan mainan dari Sita, Sita pun kemudian segera memberikan paper bag tadi pada Nanda dan meminta bantuan Nanda untuk membagikan mainan-mainan itu pada tiap-tiap anak panti agar mereka tidak berebut mainan. Nanda pun langsung menerima paper bag tersebut kemudian mengucapkan terimakasih sebelum dia membagi-bagikan isi paper bag itu pada anak-anak panti secara rata.

Setelah memastikan seluruh anak panti mendapatkan mainan darinya, bola mata Sita kemudian bergulir ke arah lain, tepatnya ke arah Krisna dan Namira yang duduk bersisian di atas karpet sembari memegang beberapa boneka yang tadinya digunakan untuk bermain bersama anak-anak panti.

Berbeda dengan Namira yang sedari tadi terus melemparkan senyumannya, Krisna justru hanya terdiam sembari menatap Sita keheranan. Wajar saja Krisna merasa keheranan begini, sebab Sita datang ke panti bukan diwaktu yang wajar sebab sekarang ini sudah masuk pukul delapan malam. Baginya, Sita masihlah sosok yang cukup asing di panti ini. Tentu saja aneh rasanya menemukan orang yang masih dicap asing olehnya malah berkunjung kemari dijam-jam tidak wajar seperti ini.

Seolah tidak melihat raut wajah Krisna yang menunjukkan rasa heran sekaligus tidak suka, Sita justru menghampiri Krisna dan Namira dengan penuh percaya diri, dia bahkan tampak duduk berlutut di depan Namira, "hai Namira..." sapa Sita pada Namira kelewat ceria. Lantas Sita melirik Krisna yang masih terdiam di sana, "hai Mas" ujarnya dengan ogah-ogahan. Berbeda seratus delapan puluh derajat saat Sita menyapa Namira. Tentu saja hanya bentuk formalitas agar Namira tidak merasa kecewa karena Sita hanya menyapa Namira saja tetapi tidak dengan Kakaknya.

Oh ayolah, meskipun Sita dan Krisna memiliki misi yang sama sekarang bahkan seperti dua orang yang terlibat kerjasama, mereka tetaplah dua orang asing yang pernah berselisih paham. Diantara seratus, kemungkinan mereka akan akrab hanya empat puluh persen saja. Yah, setidaknya untuk sekarang ini kan. Tidak tahu kalau besok. Krisna dan sifatnya itu kan memang tidak bisa tertebak.

Namira tampak menarik segurat senyuman manisnya saat mendapatkan sapaan langsung dari Sita. Dari suaranya Namira bisa merasakan bahwa Sita berada sangat dekat dengannya, "hai juga Mbak. Namira seneng Mbak datang ke sini lagi"

Sita menganggukkan kepalanya pelan, "i---"

"Ya tapi harusnya tau waktu sih"

Senyuman Sita luntur seketika saat tiba-tiba saja perkataannya dipotong oleh manusia bermata rubah yang duduk sisi Namira tersebut. Namira menepuk paha Krisna lumayan keras sampai Krisna mengaduh kesakitan. Tepat saat Krisna akan memarahi Namira, Namira sudah lebih dulu menyuruh Krisna diam.

"Shhh!"

Rasa-rasanya seperti Namira memiliki mata lain, sampai membungkam Krisna dengan tepat waktu. Dan Sita akui, dia cukup senang mengetahui insting Namira memang seakurat itu.

COLORS (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang