Goresan 33 : Perduli

191 36 0
                                    

Perduli
(Verba') merasa khawatir atau tertarik; mementingkan sesuatu.

.
.
.
.

Setelah memarkirkan motor Ambar dengan benar di area parkiran rumah sakit, Ambar langsung turun dari motornya sama seperti Rama.

Tidak seperti hari-hari biasanya di mana Rama akan berusaha untuk bisa lama-lama berdekatan dengan Ambar, kali ini Rama bahkan langsung mengembalikan kunci motornya pada Ambar sembari berkata, "Duluan, ya, Mbar"

Ambar pun menerima kunci motor itu dari Rama lantas merematnya, dia kemudian mendongakkan kepalanya ke depan menatap Rama yang berjalan menjauh darinya. Tepat saat Rama akan masuk ke dalam area gedung rumah sakit, Ambar segera memanggil Rama, "Rama!"

Seketika Rama menghentikan langkahnya, kemudian dia menolehkan kepalanya ke arah Ambar dan menatapnya dengan tatapan tenangnya dari kejauhan. Melihat Rama yang menghentikan langkahnya, Ambar pun segera berjalan menghampiri Rama. Begitu dia sampai di hadapan Rama, Ambar justru terdiam sembari menggaruk kepalanya pelan, sementara kedua manik matanya sibuk menatap Rama dengan tatapan ragu.

Rama melemparkan senyuman tipisnya menyadari bahwa Ambar sedikit ragu mengatakan apa yang ingin dia katakan padanya, "kenapa?" Tanyanya dengan suara lembutnya.

Ambar pun berhenti menggaruk kepalanya. Dia pun merubah tatapannya menjadi tatapan penuh rasa malu, sementara bibirnya tampak menyunggingkan senyuman tipisnya, "eum---gini Rama, aku itu manggil kamu karena aku mau minta maaf sama kamu"

Seulas senyuman manis pun terpatri di wajah Rama kala mendengar perkataan Ambar barusan, "Nggak apa-apa, Mbar. Justru dengan begini aku lega. Seenggaknya kan aku gak bener-bener kehilangan kamu"

Hati Ambar berdesir saat mendengar perkataan Rama barusan. Aneh rasanya, dalam sekejap seperti ada pembatas diantaranya dan Rama. Pembatas yang membuat mereka seperti berjarak, bahkan sangat berjarak. Dalam beberapa titik pun Ambar mulai merasakan adanya sedikit rasa hampa. Padahal bertahun-tahun Ambar ditinggalkan oleh Rama, tapi perasaan seperti berjarak dan hampa ini terasa begitu asing baginya, seperti kali pertama muncul di hidupnya.

Ya, faktanya, ketika dulu Rama meninggalkannya dan tidak pernah memberikan kabar padanya, tetap masih ada beberapa titik dihati Ambar yang menyimpan harapan bahwa Rama akan kembali. Sekalipun tidak disadari oleh Ambar. Begitupun saat Rama datang kemari dan kemudian tercetus kata 'putus' dalam dua waktu dan diucapkan oleh masing-masing diantara mereka, sebagian dari hati Ambar mulai menganggap bahwa sekalipun kata putus membuat mereka selayaknya orang asing, tapi rasa cinta dan harapan pada hati Rama yang masih ingin menjadikan Ambar kekasihnya seolah merobek anggapan tersebut. Mereka memang berjarak tapi dalam beberapa alasan mereka sebenarnya sangat dekat.

Tapi kali ini berbeda, mereka dekat bahkan sudah memutuskan untuk menjalin pertemanan, lebih baik dari sekedar status 'mantan' yang seolah tidak pernah lagi diharapkan. Tapi anehnya Ambar justru merasa bahwa keduanya benar-benar sangat berjarak.

Apa mungkin ini semua terjadi karena harapan Rama sudah pupus untuknya, dan beberapa titik dihati Ambar yang masih mengharapkan Rama memilih menyerah pada harapannya karena menyadari bahwa kata 'kita' untuk keduanya mulai terasa mustahil.

Padahal ini yang diinginkan Ambar sejak Rama kembali menampakkan dirinya dihadapannya. Tapi kenapa rasanya sangat tidak nyaman. Bahkan segala perubahan sifat Rama berkali-kali menampar hati Ambar. Tapi apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur. Cepat atau lambat, Ambar harus menerima kenyataan bahwa segala yang dia harapkan sejak Rama kembali, pada akhirnya terpenuhi. Mereka benar-benar selayaknya dua orang asing yang mengaku berteman, lebih asing ketimbang mantan kekasih yang diam-diam masih menyimpan harapan.

COLORS (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang