Goresan 3 : Blue

626 60 2
                                    

Sita berjalan santai keluar dari kamarnya sambil menenteng jas putihnya. Begitu memasuki area ruang makan dia kemudian menyampirkan jas tersebut ke atas sandaran kursi sebelum akhirnya dia menduduki kursi tersebut. Sita langsung mengambil dua roti tawar kemudian mengolesi permukaan roti itu dengan selai cokelat.

Tidak berapa lama kemudian Melinda yang sekarang rambut panjangnya sudah digelung rapi tersebut datang dan ikut duduk di seberang kursi yang Sita duduki.

"Pagi Wit" sapanya sembari menaruh sebuah roti tawar ke atas piringnya.

Sita menganggukkan kepalanya pelan menjawab sapaannya. Bukannya tidak mau menjawab tapi dia baru saja menggigit rotinya.

Sreettt~

Suara kaki-kaki kursi beradu dengan lantai menggema ketika seorang wanita berambut pendek menarik kursi yang terletak di samping Sita. Dia Kemudian duduk di atas kursi tersebut. "Cacha belum bangun, Mbak?" Tanyanya pada Melinda karena sebagai yang tertua biasanya dia akan membangunkan yang lebih muda. Seperti sebuah kegiatan rutin baginya.

"Udah. Biasalah sekarang lagi dandan"

Ambar menganggukkan kepalanya pelan. Dia kemudian sibuk dengan menu sarapannya tidak lagi berniat membuka suara. Rasanya masih terlalu pagi untuk terlalu banyak bicara, bisa-bisa tenaganya habis duluan sebelum dia bekerja.

Melinda meminum minumannya kemudian menjadi yang pertama berangkat kerja meninggalkan dua adiknya yang masih sibuk dengan menu sarapannya.

Selang beberapa menit kemudian, tepat setelah Sita selesai makan, Sita bangkit dari posisinya lalu segera memakai jasnya.

Ambar melirik Sita sekilas, "Kata Ayah jangan pulang malem-malem" katanya mengingatkan Sita yang kerap kali pulang malam karena urusan pekerjaannya.

Sita menganggukkan kepalanya pelan, "Iya, Ayah juga sempet ingetin hal itu ke gue"

"Menurut kamu ada apa?"

"Paling nanyain soal rutinitas kita selama seminggu penuh"

Wanita berambut pendek itu mengernyitkan dahinya keheranan, jelas saja kegiatan itu sudah mereka lakukan kemarin malam. "Sedikit aneh menurut aku karena ini baru hari Senin"

"Kenapa lo harus mikirin itu segala sih?" Tanya Sita kelewat bingung. Seingatnya Ambar bukan contoh manusia yang mempermasalahkan hal sedetail itu. Dia cenderung lebih sering memakan mentah-mentah informasi atau perkataan orang tanpa menelisiknya lebih lanjut.

"Ya, penasaran aja sih Wit" ujar Ambar acuh. Seperti ucapannya tadi. Ambar hanya penasaran.

Ngomong-ngomong, Ambar dan Sita adalah kembar tidak identik. Mereka memiliki banyak hal yang berlawanan ----bukan hanya dari wajah mereka yang sudah jelas tidak mirip sama sekali. Contohnya adalah Ambar memiliki postur tubuh yang mungil dengan tinggi badan dibawah Sita dan Sita yang memiliki postur tubuh yang cukup ideal dengan tinggi badan di atas Ambar. Ambar yang suka pelajaran IPA dan Sita yang suka pelajaran IPS. Ambar yang pandai dalam bidang kedokteran dan Sita yang pandai dalam bidang bisnis dan yang paling kentara tentu saja gaya rambut mereka yang berbeda sekali, Ambar memiliki rambut pendek dengan poni menutupi kedua alisnya dan Sita yang memiliki rambut panjang lurus tanpa poni.

Meskipun ada banyak perbedaan, sebagai anak kembar mereka juga tetap memiliki beberapa kesamaan. Salah satunya adalah dari sifat mereka yaitu jutek. Keduanya sama-sama jutek apalagi kalau berhadapan dengan orang-orang yang menyebalkan dan juga pria. Jadi sangat wajar jika diusia mereka yang kini menginjak usia dua puluh lima tahun mereka belum memiliki pasangan bahkan Sita belum pernah menjalin hubungan serius bersama pria meskipun banyak pria yang mengaku tertarik padanya.

COLORS (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang