🌾HIJRAH BAGIAN SEPULUH🌾✅

18.6K 1.4K 7
                                    

Aqueena memandang langit dengan beberapa awan melintas dari jendela kamar pesantren. Kicauan burung yang entah berasal dari mana terdengar merdu menyapa telinga, angin sepoi juga ikut menerpa ujung jilbab --dapat dilihat dari gerakan kain berwarna maroon itu.

Pagi Jum'at seperti biasanya, seluruh santri putra maupun santri putri akan bergotong royong untuk membersihkan seluruh sudut pesantren. Jika di bagian depan dekat gerbang utama di isi oleh kebanyakan santriwan, maka bagian belakang akan dikerjakan oleh santriwati.

Begitu pula Aqueena, gadis itu mendapatkan tugas untuk menyapu taman asrama juga bagian belakang sekolah dekat dengan gudang yang jarang terjamah.

Tapi bukan Aqueena namanya jika tidak licik, berdiam diri lebih lama di dalam kamar adalah salah satu siasatnya agar bisa lepas tugas. Hingga suara salam dari mulut Aisyah terdengar bernada kesal masuk ke gendang telinga.

Aqueena mendecih, "Apa?!" tanyanya sarkas. Aisyah hanya memutar bola mata malas.

"Mbak bule mau sampai kapan ngurung diri di kamar mulu?" Aisyah ikut masuk ke dalam, membuka lemari lalu mengeluarkan satu lembar masker dari sana. "Nunggu disamperin mbak Ambar sama mbak Syakila?" lanjutnya sembari memakai masker tersebut menutupi hidung dan mulutnya.

Aqueena mengangkat bahu tak peduli, lagian bisa apa Syakila dan Ambar kepadanya. Terakhir kali bertemu, Aqueena dapat membungkam dua mulut gadis divisi keamanan yang cukup di segani oleh santriwati lain itu.

Aisyah menghela nafas, lelah sebenarnya menghadapi Aqueena. Tapi kalau tidak mencari gara-gara sama gadis bule itu, dia merasa kurang. "Mbak mau ikut keluar, gak?" tanya Aisyah sekali lagi yang hanya dibalas anggukan kepala dua kali oleh Aqueena.

Keduanya keluar dari dalam kamar, baru satu langkah saja Aqueena sudah di suguhi pemandangan beberapa santriwati tengah membersihkan lorong lantai kamar yang mereka huni. Mengikuti Aisyah yang sesekali menunduk hormat serta melemparkan salam, Aqueena sesekali ikut melempar salam juga walau terlihat sekali malas-malasan.

Duh, sekarang mari pikirkan bagaimana cara agar bisa bebas dari tugas membersihkan taman yang gak jauh-jauh dari kata 'nyapu. Walaupun menyapu adalah pekerjaan simple dan mudah, tapi boro-boro Aqueena pernah mengerjakannya. Menganti bed cover saja dikerjakan oleh asisten di rumah, sesekali mommy-nya.

Ah, pokoknya hidup Aqueena itu penuh kemudahan sampai-sampai dia pernah mematahkan dua gagang sapu lidi karena menyapu asal-asalan.

"Queen, jangan lupa ke belakang gedung kelas ya!" Suara Faza---yang entah sejak kapan berdiri tak jauh darinya---mengintrupsi yang hanya dibalas Aqueena dengan anggukan. Sedang Aisyah ternyata sudah sedari tadi meninggalkan Aqueena menuju kelompok bersih-bersihnya.

"Duh, malas banget gue," lirihnya sembari membawa gagang sapu menuju halaman belakang kelas.

Sepanjang perjalanan Aqueena tak henti-hentinya mendengus bahkan menggerutu sambil menendang batu yang tak sengaja ia temukan di jalan. Membuat pandangan setiap mata menatap heran ke arahnya, Aqueena tak peduli. Menjadi pusat perhatian sudah makanan sehari-hari baginya.

"Apa gue ke rumah paman aja ya?" Pikirnya dengan kaki menendang batu seukuran kepalan tangan ke belakang hingga mengenai tulang kering seseorang.

Suara ringisan spontan membuat Aqueena memutar badan. Seorang pria dengan baju koko sewarna susu terlihat berjongkok sembari mengusap-usap pelan kakinya dari balik sarung bermotif songket.

Aqueena melongo, bukan terpana tapi sedikit syok karena ternyata tendangan asal darinya malah mengenai seseorang. Aqueena meringis sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

HIJRAH [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang