🌾HIJRAH BAGIAN TIGA PULUH DUA🌾🏹

14.9K 1.2K 7
                                    

Ini merupakan hari ketiga Aqueena menginap di rumah sakit, alat infus yang semalam ia paksa untuk di lepas kembali terpasang lagi sekarang. Menancap tepat pada nadi tangan kanannya.

Pagi tadi saat terbangun, Aqueena merasakan sensasi terbakar di perut kiri juga mual berkepanjangan. Bahkan tiap satu sendok makanan masuk ke dalam mulutnya, Aqueena akan memuntahkannya saat itu juga. Karena kepalang lemas, akhirnya dokter memaksa Aqueena untuk kembali di pasang alat infus.

Aqueena hanya bisa pasrah.

Semalam tidak ada hal menarik bagi Aqueena, hanya Nisa dan Zahrana saja yang berkunjung. Juga mommy dan daddy-nya sibuk menanyakan ini itu pada Aqueena melalui panggilan jarak jauh. Ahh ... andai Aqueena tak memikirkan pekerjaan sang daddy di ibukota negara pimpinan Ratu Elizabeth itu, mungkin Aqueena sudah merengek meminta agar kedua orang tuanya segera kembali pulang.

Semalam Aqueena sangat menantikan kehadiran seseorang, tapi seseorang itu tak kunjung datang. Bahkan saat malam hanya Aisyah saja yang menemani dirinya di ruangan bau obat itu---iya, Aisyah di percayakan Umi Nazda untuk menemaninya---setelah sebelumnya Iqbal dan Zahrana menemani dirinya dari waktu dzuhur hingga maghrib.

Aqueena sadar, jika kesalahpahaman di antara mereka berdua murni kesalahan masing-masing. Aryan yang terlalu berlebihan dalam mengungkapkan ke khawatirannya sampai membentak, sedang Aqueena akibat terlalu merasa sakit hati malah ikutan membentak Aryan dan menjadi tidak sopan---karena Aryan delapan tahun lebih tua darinya.

Pintu ruangan terbuka, membuat Aqueena mengalihkan atensi---yang sedari tadi menatap plafon ruang rawat---menatap Aisyah yang baru saja masuk. Tadi teman sekamar yang memiliki bobot badan lebih berat itu izin untuk membeli sarapan di kantin.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi dan Aisyah baru memulai sarapannya. Jangan tanyakan kenapa, sebab Aisyah terlalu khawatir pada kondisi Aqueena yang memburuk pagi tadi.

"Beli apa?" tanya Aqueena lirih. Fokusnya menatap kantong kresek bening dengan kotak styrofoam di dalamnya.

"Beli nasi goreng tadi di kantin," jawab Aisyah sekenanya, membuat Aqueena manggut-manggut dalam keadaan berbaring. Iris hijau berkilauan Aqueena menatap pergerakan Aisyah, gadis bertubuh gempal itu bergerak meraih kursi plastik mendekat pada nakas di samping ranjang.

Sembari mengutak-atik bawaannya, Aisyah berujar, "dari tadi pagi keluarga Mbak gak ada yang jenguk? Kalau keluarga pesantren Aisyah yakin pasti tengah sibuk ngajar, tapi ibu sama bapak Mbak gimana? Terus abang-abang Mbak juga?" Pertanyaan beruntun Aisyah membuat Aqueena mengerucutkan bibir.

"Satu-satu! Gue kudu jawab yang mana dulu," jawabnya rada ketus. Aisyah hanya terkekeh menatap bibir pucat Aqueena mengerucut lucu.

"Ibu sama bapak Mbak kenapa gak jenguk?" tanya Aisyah pelan.

"Mereka ke London."

"Hah?! Anaknya lagi sakit mereka enak-enakan honeymoon kedua di London?!" teriakan Aisyah menggelegar memenuhi ruangan.

"Hiss!" Aqueena menutup kedua telinga, teriakan Aisyah sangat tak bagus untuk keselamatan pendengarannya. Lagi pula, kenapa teman sekamarnya ini malah berteriak-teriak sih? "Santai aja kali, Syah!" Aqueena mengusap pelan daun telinga.

"Mommy sama daddy emang udah ke London waktu gue pertama kali masuk pesantren, ada masalah di kantor pusat Adams Corp," jelas Aqueena di angguki Aisyah dengan mulut penuh makanan.

"Terus abang-abang Mbak?" tanya Aisyah lagi. Tangannya sibuk memasukkan sendok berisi nasi goreng ke dalam mulut kembali.

"Summer katanya bakalan datang nanti, agak siangan. Kalau Nichole, gak bisa. Gak ada yang handle kantor nanti." Aisyah manggut-manggut saja. Tak lagi bersuara, Aisyah dengan khidmat menikmati nasi goreng yang tampak menggiurkan. Sedang Aqueena menatap kantung infus serta cairan yang menetes satu-satu dari sana.

HIJRAH [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang