🌾HIJRAH BAGIAN DUA PULUH SEMBILAN🌾🏹

14.9K 1.2K 27
                                    

Part ini panjang, jadi bacanya pelan-pelan ya guys🤓

🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾

Iqbal tampak memangku siku pada kedua pahanya, sedang telapak tangan ia gunakan 'tuk memijit pelan pelipis di antara alis mata yang tersusun rapi. Tatapannya menatap kosong pada lantai keramik yang ia pijak. Sudah tiga puluh menit dia berdiam diri di ruang tamu sejak kejadian Aqueena menolak lamaran absurdnya.

Iqbal berusaha menerima, tapi entah kenapa sebahagian hatinya menolak mentah-mentah dan memilih untuk  terus memperjuangkan gadis yang jelas-jelas menolaknya. Iqbal bingung sendiri, terkadang dia merasa bahwa dirinya adalah lelaki terbodoh karena terjebak  begitu dalam pada cinta.

Menghela nafas, Iqbal menyandarkan punggung di sandaran sofa. Sedikit tersentak saat mendapati sorot datar Aryan yang entah sejak kapan duduk bersebrangan dengannya. Melirik takut-takut, Iqbal mengulum  bibir saat di single sofa matanya menangkap sosok Abi-nya tengah duduk dengan tangan terlipat di depan dada.

Iqbal merasa dirinya akan di introgasi sekarang. Baiklah, Iqbal harus berani. Bagaimana pun juga, kekacawan tiga puluh menit yang lalu  berasal dari  dirinya. Karena dia terlalu mencintai Aqueena yang jelas-jelas tidak mencintai dirinya sedikitpun.

Sudah lima belas menit duduk bersama dalam keheningan. Iqbal  menggaruk tengkuknya yang mendadak gatal. Iris kelam lelaki tersebut menatap satu persatu  manusia yang duduk satu ruangan dengannya.

Menggaruk pelipis, Iqbal menghela nafas pelan.

"Minta maaf pada istrimu setelah ini." Perkataan sarkas dan dingin dari Aryan berhasil membuat Iqbal bungkam seribu bahasa. Takut-takut di tatapnya Aryan yang masih menatap dirinya datar.

"Saya tidak tahu apapun tentang cinta, dan saya tidak tahu seberapa besar cintamu  pada Aqueena hingga di katakan sebagai obsesi." Iqbal masih melirik pergerakan Aryan, lelaki dengan umur terpaut lima tahun lebih tua dengan  dirinya itu tampak berdiri. Merapikan sebentar sarungnya, Aryan menyilangkan kedua tangan di depan dada.

"Tapi hargai Zahrana yang telah kamu nikahi. Dia perempuan baik  yang tak pantas di permainkan," ucap Aryan tegas, setelahnya beranjak menjauh dari ruang tamu menuju pintu keluar ndalem. Malam ini lelaki itu berencana untuk tidur di asrama putra.

Sepeninggal Aryan. Iqbal kembali  menunduk, keheningan kembali melingkupi dirinya dan seorang pria paruh baya dengan kesan berwibawa.

Kyai Akbar mendengus pelan. Kemudian membenarkan posisi menghadap anak tengahnya ini. Lama Kyai Akbar hanya memandangi saja, membuat nyali Iqbal semakin menciut dibuatnya.

"Kamu buat Abi kecewa, Iqbal." Pernyataan itu sontak membuat Iqbal mematung. Tidak ... Iqbal tak pernah berniat mengecewakan lelaki paling berjasa dalam hidupnya.

Iqbal mendongak, menatap sang Abi dengan raut menyesal sangat kentara.

"Abi, Iqbal gak bermaksud---"

"Jika kamu tidak mencintai Zahrana, kenapa tidak menolak." Kyai Akbar melontarkan ucapan, sengaja memotong perkataan Iqbal.

"Ilham sudah mengamanahkan adiknya pada Abi, setelahnya kepada kamu yang notabene suaminya." Kyai Akbar menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. "Tapi kamu malah menyakiti batinnya," lanjut pria paruh baya itu.

Iqbal tak berani bersuara. Menolak dan menyangkal sudah tak dapat ia lakukan, kenyataan jika dirinya dengan sengaja menyakiti batin Zahrana hanya karena sebahagian hatinya tidak terima dengan pernikahan ini pasti berhasil membuat Zahrana sakit hati. Tapi gadis itu tetap tegar, bahkan menerima dengan lapang dada jika dirinya menikah lagi.

HIJRAH [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang