🌾HIJRAH BAGIAN DUA BELAS🌾✅

16.5K 1.3K 4
                                    

Aqueena duduk menopang dagu menatap papan tulis putih tanpa coretan. Matanya sayu, pening di kepala juga beberapa kali menghantam membuat dirinya beberapa kali meringis tertahan, belum lagi perutnya kram seperti diremas ribuan tangan.

Tadi sehabis sholat subuh Aqueena di kagetkan dengan bercak darah yang terdapat pada dalamannya. Dirinya datang bulan, bersyukur saja dia tidak tembus saat di masjid tadi. Jika saja tembus, Aqueena bakalan repot.

Seperti kebanyakan gadis-gadis di luaran sana, Aqueena juga sama merasakan sakitnya datang bulan. Tapi entah kenapa kali ini sakitnya berkali-kali lipat luar biasa. Tangan kanannya tergerak mengusap pelan perut bawahnya, sesekali meringis saat remasan di perutnya semakin menjadi.

"Ya Allah teman-teman, hari ini gus Aryan bakalan gantiin kyai Akbar ngajar kelas kita." Sorakan Alya, gadis berkulit sawo matang dengan tinggi bak model majalah tak di hiraukan Aqueena. Bahkan saat gadis yang juga menjabat sebagai ketua kelas XII IPS 3 putri itu berteriak kesenangan.

"Ish, bangsat! Gak bisa diam apa," gumam Aqueena lebih kepada diri sendiri. Kini sebelah tangannya ia lipat di atas meja untuk di jadikan bantalan, sedang satu tangan lagi meremas kuat perutnya yang masih terasa melilit sakit. Belum lagi pusing yang sewaktu-waktu menghantam kepala Aqueena. "Ya Allah," lirihnya sembari meringis. Aqueena ingin menangis sekarang.

"Kamu kenapa Queen?" Lilis, gadis pendek yang menjadi teman sebangkunya bertanya. Sedikit khawatir saat mendengar ringisan dari Aqueena.

"Gue gak pa-pa," saut Aqueena cepat. Dirinya tak mau merepotkan orang lain, mau seberapa pun sakit yang ia rasakan dirinya tetap tak ingin merepotkan orang lain.

Bahkan sewaktu masih di kediaman pun, Aqueena memilih menahan rasa sakitnya atau jika mungkin sudah tidak tertahan dia akan meletakkan hot pack diatas perut untuk menyamarkan rasa nyeri.

Lagi pula, nyeri yang ia rasakan tak pernah lebih dari satu hari. Jadi dirinya masih bisa tuk bertahan.

"Beneran? Kalo sakit ayok ke ruang kesehatan." Aqueena hanya menggeleng menjawab perkataan Lilis. Kini atensinya kembali pada papan tulis putih.

"Eh, aku pernah gak sengaja liat gus Aryan keluar dari masjid. Subhanallah sekali pesona gus Aryan tuh." Aqueena menoleh pada gerompolan santriwati yang tengah bergosip. Yah, mau di pesantren atau SMA sekalipun kumpulan perempuan tukang gosip selalu ada. Itu sebabnya Rasul mengatakan jika penghuni neraka itu kebanyakan perempuan.

Aqueena pernah bergosip? Tentu saja, Aqueena tak mau menutupi itu. Tapi bukan dengan bergerombol bersama teman perempuan yang lain. Melainkan menggosipkan drama para artis tanah air bahkan mancanegara bersama Nichole juga Summer. Punya teman perempuan saja Aqueena baru disini, semasa SMA Aqueena terlalu malas untuk menjalin pertemanan pada para gadis yang melihat dirinya dari harta kekayaan saja. Bahkan sewaktu SMP ada yang sengaja mendekatinya agar bisa lebih dekat pada Summer, kakaknya.

"Iya loh, masya Allah sekali. Mana gus Aryan sekarang brewokan lagi, makin hot aja."

"Empat tahun kuliah di Mesir buat gus Aryan makin mempesona ya, pengen deh jadi istrinya."

Aqueena mengeryit, bukan karena sakit di perutnya tetapi karena perkataan teman sekelasnya akan Aryan. Ia sih, Aryan gantengnya kelewatan, tapi kalau buat menjadi istrinya, apa mereka akan tahan.

Cih, mereka belum tau aja betapa menjengkelkannya Aryan itu. Bathin Aqueena.

"Pasti akhlaknya bagus, secara gus Aryan berkuliah di Al-Azhar."

Aryan itu no have akhlak woi.

"Kalau gus Aryan nikah pasti istrinya beruntung pake banget."

HIJRAH [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang