🌾HIJRAH BAGIAN TIGA BELAS🌾✅

15.9K 1.3K 7
                                    

Aqueena meringis saat mendapati sorot lampu tepat mengenai retina mata. Mengerjab beberapa kali, Aqueena mengeryit saat mendapati ruangan yang ia tempati sekarang.

Ini bukan kamar asrama, bukan pula kamar Nisa, kamar miliknya jelas jauh berbeda dari kamar ini.

Ruangan berwarna monokrom tanpa hiasan dinding satu pun, membuat Aqueena bosan jika berlama-lama terkurung di dalamnya. Hanya ada lemari juga ranjang tak terlalu besar namun cukup di tempati dua orang yang menjadi perabot utama ruangan ini. Setelahnya tidak ada yang lain.

Menyingkap selimut, Aqueena perlahan bangkit dari posisi berbaringnya. Kembali rasa pusing menghantam kepala, namun tak separah tadi.

Aqueena berusaha berdiri, berjalan tertatih menuju pintu. Nyeri di perutnya sudah tak terasa lagi, hanya saja pinggangnya serasa encok. Haih, hal ini yang membuat Aqueena tak suka kedatangan tamu bulanan. Selain sakit perut seperti diremas ratusan tangan, pinggangnya juga akan sakit jika dia tidak mencukupi kebutuhan air mineral.

Bicara air, Aqueena jadi haus sekarang.

Memutar handle pintu Aqueena berjalan keluar dari entah kamar siapa itu. Menelusuri lorong lantai dua rumah pamannya, Aqueena dengan perlahan menuruni tangga.

Netra hijaunya mendapati punggung Umi Nazda juga Zahrana yang tengah sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Zahrana sibuk mengaduk cumi asam manis di dalam wajan, sedang Umi Nazda sibuk memasukkan potongan jahe ke dalam panci.

"Lagi masak apa?" Pertanyaan itu berhasil membuat dua perempuan di sana berbalik. Umi Nazda tersenyum dibalik cadarnya, dengan segera wanita paruh baya itu mengambil segelas air mineral hangat dan menyerahkannya pada Aqueena.

"Sudah baikan?" tanyanya sembari mengulurkan gelas berisi air hangat. Aqueena tersenyum tipis, walau sakit di perutnya sudah hilang juga pusing di kepalanya perlahan berkurang bagi Aqueena dirinya sudah lebih baik dari yang tadi. Urusan pinggang dia hanya perlu banyak minum air mineral saja.

"Alhamdulillah, Aqueena baik Umi." Mengedarkan pandangan keseluruh penjuru dapur, "oh ya Umi, Gus Aryan mana?" Aqueena bertanya.

Umi Nazda mengeryitkan dahi, sedang Zahrana yang baru menyelesaikan acara memasaknya ikut duduk di meja makan bersama dua perempuan disana.

"Ngapain nyari Aryan?"

Kontan bibir Aqueena mengerucut. "Aqueena tadi gak hormat sama gus Aryan. Terus dia ngambek gak mau masuk ke kelas, Aqueena mau minta maaf."

"Saya sudah maafkan kamu." Suara Aryan terdengar membuat ketiganya menoleh.

"Beneran udah maafin gue, Gus?" tanya Aqueena heboh.

"Hmm."

"Gak bakalan do'ain gue botak 'kan Gus?"

Botak? Sekurang kerjaan itukah Aryan sampai harus mencantumkan nama Aqueena dalam do'anya. Apalagi mendo'akan gadis itu botak. Seperti apa sih sebenarnya isi otak Aqueena ini?

"Hmm." Tak mau memperpanjang, Aryan berdehem guna menjawab.

"Ham hem ham hem mulu, Gus Aryan mau cosplay jadi Nisa Sabyan!" Haih, ada saja salah Aryan dimata gadis ini. Andai dia tahu, kalau bukan Aryan yang membawanya masuk mungkin dia akan tergeletak sepanjang hari di teras ndalem.

Kenapa sekarang Aryan mendadak menyesal membawa Aqueena masuk ya? Apalagi ke kamarnya.

"Saya sudah memaafkan kamu, dan saya tidak mencantumkan nama kamu di do'a saya," jawab Aryan datar. Dapat ia lihat Aqueena menghela nafas panjang sebelum meminum seteguk air mineral dari dalam gelas.

HIJRAH [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang