🌾HIJRAH BAGIAN ENAM PULUH🌾🏹

13.7K 1.1K 7
                                    

Mobil yang di tumpangi Aqueena bersama Nichole berhenti di halaman depan ndalem. Nanti selepas sholat dzuhur bakalan di adakan acara sholat ghaib berjamaah bersama santriwan dan santriwati Al-Ikhlas. Kyai Akbar yang meminta agar sholat ghaib di adakan di pesantren.

Keluar dari mobil, Aqueena kembali di sambut dengan pemandangan sejuk khas pesantren Al-Ikhas. Baru dua minggu dirinya meninggalkan lingkungan pesantren ini dan rasanya Aqueena benar-benar rindu dengan suasana tempat yang ia tinggali enam bulan belakangan. Suasana sekolah pagi di lanjutnya belajar malam, suasana ngaji di aula, dan juga suasana tinggal di dalam kamar asrama kecil namun hangat akan kekeluargaan. Ah, Aqueena merindukan segalanya, terutama kamar petak yang menjadi asramanya. Dia ingin menemui teman-teman sekamarnya, terutama Aisyah.

Karena menurut penuturan Summer, Aisyah kembali ke pesantren sehari setelah Aqueena menyerahkan diri untuk di culik Devano. Aisyah sempat menentang ide gila Aqueena, gadis itu benar-benar khawatir dengan kondisi Aqueena. Masih jelas di ingatan, saat dimana Aisyah --- yang notabene lebih muda satu tahun darinya --- berdiri berkacak pinggang dengan tatapan mata menyorot tajam ke arah Aqueena. Bahkan dia tak mempedulikan keberadaan Aryan, Summer dan Nichole di sana. Padahal biasanya Aisyah suka ciut jika di depan Aryan. Apalagi sekarang, Aisyah mudah canggung kalau dekat dengan Summer. Tapi hari itu dia benar-benar melupakan segala bentuk ketakutan dan kecanggungannya. Hanya ada raut khawatir dari sorot tajam mata Aisyah.

"Jangan buat masalah deh, Mbak! Tadi aja Mbak baru selesai nangis-nangis di kamar orang tua Mbak, ini udah mau ngumpanin nyawa pula?! Mbak gak gila 'kan?" ucap Aisyah menggebu-gebu saat itu. Bahkan Aqueena sempat tertegun sebentar saat pertama kalinya dia mendengar Aisyah mengumpat, hanya karena dia tetap kekeh dengan apa yang ia rencanakan.

"Mbak jangan gila dulu dong. Arghh ... sialan!! Kalau Mbak nanti kenapa-napa gimana? Kondisi Mbak lagi gak baik-baik aja. Jangan buat keadaan tambah rumit Mbak, ya Allah ..." dan bla bla bla. Semua uneg-uneg kekhawatiran campur kesal meluap hari itu. Aqueena hanya bisa tersenyum tipis di buatnya.

Akhirnya ... dia menemukan satu orang lagi --- di luar keluarga kandungnya --- yang tulus khawatir akan keadaannya. Dan itu adalah Aisyah, teman sekamar sekaligus temannya bersitegang dan berdebat hal sepela.

Ahh ... rasa ingin memeluk gadis dengan berat badan berlebih itu melesak ke permukaan. Dia rindu boneka beruang berjalannya, Aisyah.

Mengangkat kaki melangkah menjauhi mobil, seruan Nichole membuat Aqueena terhenti. Gadis yang hari ini lebih memilih mengenakan gamis terusan berwarna coklat muda dengan bergo hitam menutupi mahkota pirangnya, berbalik. Dapat dengan jelas di lihatnya raut penasaran di wajah Nichole. Kakaknya yang mempunyai rambut berpigmen eumelanin sedikit --- sama sepertinya --- tapi pigmen melanin di mata terlalu banyak --- sampai membuat iris matanya berwarna hitam pekat --- terlihat menaikkan alis dengan dua tangan terlipat di depan dada.

"Mau kemana Queen?" tanya Nichole sekali-lagi, karena memang pertanyaannya yang pertama tidak di jawab oleh adiknya itu. Aqueena malah asik menatap dirinya membuat Nichole semakin bertambah heran.

"Are you okay? Any problem?" Sekali lagi Nichole bertanya. Aqueena kontan mengangguk. Dia baik-baik saja, tidak ada lagi yang perlu ia sedihkan dan sesalkan secara berlarut-larut. Semuanya sudah ia ikhlaskan, takdir Allah itu indah. Intinya dia hanya perlu percaya, jika Allah tidak akan pernah memberikan cobaan atau masalah di luar batas kemampuan hambanya. Hanya sikap si hamba dalam menghadapi masalah lah yang menentukan.

"Enggak ada Kak, Queen cuma mau ke asrama dulu. Mau ketemu Aisyah."

Mendengar penuturan Aqueena, Nichole hanya mengangguk-angguk dengan bibir di bentuk bulat serupa huruf O. "Ya udah, pergi aja. Nanti waktu makan siang kemari ya?"

HIJRAH [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang