🌾HIJRAH BAGIAN LIMA PULUH TUJUH🌾🏹

12.9K 1.1K 43
                                    

Aqueena meringis saat merasakan sakit yang teramat di kepala, matanya mengerjab pelan. Hembusan nafas panjang keluar dari sela bibirnya, iris hijau berkilauan itu melirik ke sekeliling ruangan lembab tempat dirinya berada sekarang.

Ternyata memang benar apa yang di katakan Aryan dan dua kakaknya. Cepat atau lambat dia bakalan menjadi target selanjutnya, tapi tetap saja ... Aqueena tak menyangka kalau dirinya bakalan secepat ini di sekap. Eh ... tapi gimana gak cepat, orang Aqueena yang menjatuhkan diri secara cuma-cuma sama penculiknya.

Kepala Aqueena menunduk, menatap kedua kakinya yang di ikat pada kaki kursi, jangan tanyakan bagaimana kondisi tangannya. Sudah pasti terikat di belakang tubuh. Bahkan sekarang tangan Aqueena mulai terasa kebas. Haih, ternyata di sekap itu tidak enak.

"Lo udah sadar ternyata. Cepat juga ya, bagus banget tubuh lo netralisir zat bius." Sebuah suara dari arah pojok kiri ruangan lembab itu menarik perhatian Aqueena.

Alisnya terangkat sebelah saat mendapati siluet tubuh jangkung laki-laki di sana. Aqueena tahu siapa dia, jadi untuk apa gadis itu kaget. Toh, bukannya dia kemari karena ikut dengan laki-laki itu 'kan?

"Salut gue sama respon lo. Padahal lo lagi di sandera ini lho."

Ya ... terus Aqueena harus apa kalau dia di sandera atau di culik. Apa dia harus teriak-teriak minta tolong? Toh gak ada guna juga. Gak di dengar orang dari luar juga. Jadi mending diam aja, bersikap tenang. Biarkan si penculik sedikit terkecoh dengan respon kita.

Siluet laki-laki di pojok kiri sana tampak berjalan. Lambat-lambat langkah kaki orang di sana mendekati Aqueena. Keluar dari ruangan gelap itu, kemudian berdiri tepat di depan Aqueena. Kedua tangannya terlipat di depan dada, senyum miring jelas tercipta di bibir laki-laki itu.

"Gak nyangka gue, ternyata semudah ini buat nyulik lo." Suara laki-laki di sana kembali terdengar. Aqueena diam saja, menutup rapat bibirnya. Dia malas untuk sekedar megeluarkan suara di depan orang itu. Suaranya terlalu mahal untuk di gunakan menanggapi perkataan tak bermutu laki-laki di depannya ini.

Aqueena hanya menipiskan bibir, kemudian menatap datar tepat pada manik coklat laki-laki dengan ras mongoloid itu.

"Lo masih bisa-bisanya natap gue kayak gitu, padahal nyawa lo udah di ujung tanduk sekarang." Laki-laki di sana berkacak pinggang, dengan smirk yang semakin lebar tercipta di bibir. Aqueena hanya berdecak pelan. Laki-laki di depannya ini memang terkenal banyak bicara.

"Lo gak bisu 'kan Queen? Kenapa lo gak bicara dari tadi?"

Dia tidak bisu, hanya saja sedang tak ingin meladeni bacotan tak bermutu manusia di depannya ini. Lebih baik dia diam, tenggorokannya bisa terhindar dari kekeringan 'kan.

"Woi, jawab gue!!" Sosok itu semakin mendekat ke arah Aqueena, tangannya dengan kuat mencengkram dagu. Membuat Aqueena sedikit meringis, sumpah tenaga laki-laki di depannya ini tak bisa di remehkan. Hanya dengan satu tangan saja, dia sudah seperti ingin meremukkan dagu Aqueena.

"Seorang Devano Jams Atalaric tidak suka di abaikan," desisnya sinis.

Devano, semakin kuat mencengkram dagu Aqueena. Sampai-sampai kuku jari miliknya ikut menembus kulit pipi Aqueena, membuatnya terasa perih dan berdarah. Aqueena tak kuat lagi, rasanya benar-benar sakit.

"Bangsat lepasin, cuih." Refleks Aqueena meludah di depan wajah Devano, membuat laki-laki itu bergerak menjauh. Cengkraman Devano memang sudah terlepas dari dagunya, tapi rasa perih dan kebas masih terasa.

"Sialan lo emang, gak tau sakit apa?! Lain kali buat ke diri sendiri dulu, baru ke orang lain bastard!!" Devano terdiam sebentar. Matanya menatap tak percaya ke arah Aqueena yang dengan berani meludahi wajah paling dia banggakan.

HIJRAH [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang