🌾HIJRAH BAGIAN DUA PULUH TIGA🌾✅

14.9K 1.2K 2
                                    

Aqueena mengerutkan dahi saat mendapati ruang tamu kembali ramai. Umi Nazda, Kyai Akbar, Aryan, Nichole dan Iqbal sudah mengambil posisi di sana. Tapi, bukan hanya mereka yang mengisi keramaian itu. Ada satu pria tua yang Aqueena yakini berumur hampir 80 tahun duduk di atas kursi roda dengan seorang gadis hitam manis berdiri di belakangnya.

"Kakek!" Ucapan spontan Summer semakin membuat Aqueena kebingungan. Kakek? Siapa? Yang mana?

Iris hijaunya masih setia mengikuti pergerakan Summer hingga berhenti pada sosok pria tua yang duduk di kursi roda. Dilihatnya Summer bersimpuh sembari mencium tangan bergetar pria tua itu.

Sebenarnya pria tua itu siapa? Kenapa tidak ada yang menjelaskan padanya sih? Mereka semua malah asik menatap tingkah Summer. Aqueena menggaruk belakang kepalanya dengan tangan yang terbebas dari paper bag, hingga matanya menatap sosok gadis hitam manis seumuran dirinya menatap ke arah ... Aryan?

Wah ... apa jangan-jangan ada yang mau khitbah Aryan lagi yak?

"Gus Aryan mau di khitbah cewek lagi?" Pertanyaan spontan Aqueena membuat seluruh atensi di sana beralih padanya. Bahkan Summer yang tadi masih asik bercengkrama bersama si pria tua ikut menoleh.

Aryan yang namanya di panggil menatap Aqueena bingung.

"Siapa yang mau khitbah Aryan, Queen?" Tanya Umi Nazda, di balik cadarnya wanita itu menahan tawa akibat pertanyaan konyol Aqueena. Lagi pula seharusnya Aryan yang mengkhitbah perempuan, bukan malah sebaliknya.

"Itu!" tunjuk Aqueena dengan tangan berisi paper bag, segera Aqueena berjalan menuju sofa lalu duduk tepat di samping Aryan. Membuat lelaki itu tersentak karena kedekatan mereka.

Kenapa Aqueena selalu seenaknya saja sih?

Aqueena menatap gadis berhijab hijau army itu sengit, lalu pandangannya turun pada pria tua yang kini tengah menampilkan senyum di wajah keriputnya pada Aqueena. Membuat gadis itu enggan untuk sekedar memberi tatapan sinis, wibawa pria tua itu menenangkan hati Aqueena.

"Dia sepupu kamu juga." Perkataan Kyai Akbar membuat Aqueena spontan menoleh ke arah pimpinan pesantren itu cepat, lalu sedetik kemudian kembali beralih pada gadis hitam manis yang kini sudah menunduk dalam.

"Sepupu? Dari mana?" Aqueena berulang-ulang mengalihkan pandangan pada Kyai Akbar dan juga gadis hitam manis di sana. "Gak mirip sama Paman perasaan."

Pleataak ...

"Auw ... shh," ringis Aqueena, matanya menyorot tajam Summer yang tadi menyentil dahinya. "Lo kenapa sih?"

Brak ...

Tak tinggal diam, Aqueena memukul kepala Summer dengan paper bag berisi kotak handphone.

"Lo kok balas dendam sih!" ujar Summer sewot. Sungguh kepalanya nyut-nyutan sekarang, bayangkan ujung runcing kotak handphone yang masih baru mengenai kepalanya, pasti sakit 'kan. Syukur saja kepalanya tidak lebay hingga mengeluarkan darah.

"Lo mulai duluan sih!" Aqueena dan sikap tak mau mengalahnya. Tenang saja, Aqueena seperti ini hanya pada dua kakaknya itu dan manusia caper di luaran sana.

"Ya tapi jangan mukul pake kotak hape juga, bego! Kalo kepala gue bedarah gimana?!"

"Ya tinggal di obatin lah, susah amat!"

"Lo gak mikirin sakitnya sih bangsat! Nih rasain!" Summer mengambil alih paper bag berisi kotak handphone lalu memukulkannya lumayan keras pada kepala gadis itu.

"Oh Shit! Bastard lo emang, sakit bego!"

"Ya itu yang gue rasain!"

"Tapi jangan di praktekin ke gue anj---"

HIJRAH [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang