🌾HIJRAH BAGIAN ENAM PULUH LIMA🌾🏹

13.2K 1.1K 21
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mercedes Benz-AMG CLA 45 berjalan perlahan memasuki halaman ndalem. Salah satu supir yang bekerja di mansion Adams keluar dari sana lalu memberikan kunci mobil pada Summer yang sudah berdiri di teras.

"Maaf sudah merepotkan," ujar Summer sopan setelah menerima kunci mobil.

"Memang sudah tugas saya Tuan muda. Kalau begitu saya permisi dulu."

"Em. Ini kunci limosin."

Supir paruh baya itu membungkuk sedikit saat menerima uluran kunci dari Summer. Berpamitan sekali lagi, si supir berjalan mundur perlahan kemudian berbalik meninggalkan halaman ndalem.

Summer menghela pelan, tangannya sibuk memainkan kunci mobil. Melemparkannya ke atas kemudian ia tangkap kembali. Berbalik, Summer seketika tersentak. Kunci mobil yang melayang gagal ia tangkap dan berakhir jatuh menimpa lantai keramik teras.

Di depan sana, Aqueena berdiri dengan dua tangan berkacak pinggang bersama Nichole yang berada di belakangnya.

"Peraturan mansion masih sama kayak yang dulu?" tanya Aqueena pelan. Dia melangkah mendekati mobil, membuka pintu kursi penumpang lalu masuk ke dalamnya.

Melihat itu, Summer ikut menyusul begitu juga dengan Nichole. Duduk di kursi pengemudi, tangan Summer sibuk mengenakan seat belt sedang matanya asik menatap Aqueena yang terdiam di kursi belakang. Gadis itu duduk dengan kaki di silang sedang pandangan menuju ke luar jendela kaca yang tertutup. Memandangi tiap detail bangunan pesantren yang pastinya akan jarang ia datangi setelah hari ini.

"Queen," panggil Summer, berusaha mengalihkan perhatian Aqueena. Tapi sepertinya cara itu tak berguna, Aqueena hanya menjawab panggilan itu dengan deheman sementara pandangan matanya masih tak lepas menatap ke luar jendela. Menghela pelan, Summer kembali berujar, "kenapa tadi tanya peraturan mansion."

Tak langsung mendapat jawaban, membuat Summer menoleh ke belakang. Di sana, di kursi penumpang belakang. Aqueena masih asik menatap ke luar jendela.

"Queen," panggil Summer kembali. Mendengar itu Nichole ikut menoleh ke belakang. Ipad yang tengah menampilkan diagram untung rugi perusahaan ia biarkan tergeletak jatuh di bawah jok mobil.

"Gak kenapa-napa, Kak. Tolong jangan bicara dulu, Aqueena mau tenang sebentar." Keduanya sontak bungkam begitu mendengar kalimat yang keluar dari bibir Aqueena.

Saling tatap, Nichole dan Summer mengangguk paham. Adiknya masih rindu suasana pesantren, dan mungkin adiknya tidak ingin keluar dari pesantren hari ini. Tadi saja saat berpamitan di ndalem, Aqueena menangis keras di pelukan Umi Nazda dan Zahrana.

Menyalakan mesin, Summer perlahan membawa mobil mundur agar bisa keluar dari pagar ndalem. Baru saja laki-laki itu hendak menginjak pedal gas. Teriakan Aqueena menyuruhnya berhenti membuat Summer lagi-lagi tersentak. Dia menoleh cepat ke belakang, ingin memastikan keadaan adiknya itu. Apa adiknya baik-baik saja? Kenapa adiknya berteriak?

HIJRAH [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang