🌾HIJRAH BAGIAN DUA🌾✅

30.4K 2.1K 20
                                    

Aqueena termenung menatap nanar keluar jendela kamar asrama tempatnya yang berada di lantai dua. Jilbab segi empat yang awalnya menutupi mahkota pirang sepunggung miliknya kini sudah teronggok mengenaskan diatas tempat tidur. Surai pirang yang ia sanggul dengan poni tipis ala-ala gadis Korea bergerak mengikuti angin sepoi-sepoi dari jendela.

Terhitung sudah tiga jam Aqueena resmi menjadi salah satu anggota dari keluarga besar Pesantren Al-Ikhlas. Jangan lupakan jika Aqueena juga termasuk keluarga besar pendiri pesantren mengingat dirinya adalah keponakan dari Kyai Akbar atau yang ia kenal Paman Rian, saudara kembar mommy-nya.

Aqueena mendesah lelah, acara melankolis saat melepas kepergian mobil mewah mommu dan daddy masih terbekas di ingatan. Haih, mendadak Aqueena mau kabur saja. Terus menyusul orang tuanya itu ke London.

"Mbak Aqueena, sudah mau masuk waktu dzuhur. Ayo siap-siap buat jamaah di masjid." Aqueena menoleh pada pintu asrama yang terbuka. Annisa Zahra Akbar, putri satu-satunya Kyai Akbar yang juga merupakan sepupu Aqueena terlihat berdiri di sana sembari memamerkan senyum lembut.

Gadis dengan hijab panjang menutupi dada serta punggung berjalan mendekati Aqueena lalu ikut duduk di samping gadis bermata hijau emerald itu.

"Pakaian Mbak belum di susun di lemari?" Tanya Nisa saat mendapati koper besar berwarna silver tergeletak di samping lemari kayu ukuran 1x0,5 meter di sudut ruangan.

Aqueena juga mengikuti tatapan Nisa, entah apa isi koper besar itu. Dia tak tahu, ingat 'kan jika keperluan Aqueena di sediakan oleh Rina?

"Gue gak bisa beberes, di rumah gue selalu dibantu mommy juga bibi asisten," ucap Aqueena lirih.

"Ya udah, nanti Nisa bantu setelah sholat. Sekarang, ayo ke masjid kita jamaah," ajak Nisa sekali lagi. "Kalau Mbak malas buat ambil mukenah dari dalam koper, pakai mukenah Nisa aja. Ada di loker, nanti kita ambil."

"Terserah." Aqueena bangkit dari duduk diatas tempat tidur hendak berjalan keluar dari kamar asrama.

"Eh, Mbak," cegah Nisa.

Langkah kaki Aqueena terhenti, iris hijaunya memutar malas. Berbalik, Aqueena menatap Nisa seolah bertanya 'kenapa?' Dari tatapannya.

"Kerudungnya dipakai, toh. Nanti Mbak Aqueena dihukum pihak keamanan, lho," jelas Nisa.

Aqueena mendengus, kembali gadis itu memutar bola matanya malas. Kemudian berjalan menuju tempat tidur, mengambil kerudung segi empat berwarna hitam lalu melilitkannya asal-asalan di leher.

Nisa hanya terkekeh melihat tingkah sepupunya satu ini. "Mbak Aqueena salah tuh pakai kerudungnya. Mau Nisa bantu?"

Aqueena mengerutkan dahinya mendengar penuturan Nisa, berbalik menghadap cermin besar yang terletak dekat dengan lemari membuat Aqueena mau tidak mau melepas kerudung itu dengan kasar dari kepalanya.

Dirinya sudah seperti tante-tante sosialita kompleks rumah saat ada pengajian. Mengerikan!

"Gue gak tau gimana cara pakai kerudung yang benar, pakain gue." Aqueena menyodorkan kerudung hitam itu pada Nisa yang diambil dengan senang hati oleh gadis satu tahun di bawahnya itu.

Dengan telaten, Nisa memakaikan kerudung hitam pada Aqueena. Bahkan saat pengaplikasian pentul sebagai perekat kerudung, Nisa lakukan dengan hati-hati.

"Masyaa Allah, Mbak Aqueena cantik banget." Aqueena tertegun mendengar pujian tulus dari sepupunya ini. Pipi Aqueena seakan memanas, dirinya sangat suka dipuji oleh Annisa. Baginya, Nisa juga Umi Nazda-- istri Kyai Akbar-- memuji dengan tulus.

"Lo buat gue malu tau gak," gerutu Aqueena lalu berjalan menuju pintu meninggalkan Nisa yang tengah tersenyum saat melihat semburat merah di pipi putih sang sepupu.

HIJRAH [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang