🌾HIJRAH BAGIAN DUA PULUH DELAPAN🌾🏹

14.5K 1.2K 17
                                    

Selepas isya Aqueena berjalan menuju  ndalem, undangan dari Zahrana tadi siang ia sanggupi. Tidak ada rasa curiga sama sekali. Aqueena beranggapan jika undangan Zahrana hanya bentuk jika Zahrana ingin curhat padanya.

Belum sempat Aqueena menginjakkan kaki di teras ndalem, dengan sigap gadis itu bersembunyi di balik pot yang lumayan besar tak jauh dari teras.

Matanya memicing, menatap gelagat Radwa berdiri dengan jarak satu meter dari Aryan yang tengah terduduk dengan buku terjemahan yang ia bolak balik perlahan. Aqueena yakin, jika Aryan pasti membaca.

Sudah pasti lah, kegunaan buku selain menulis untuk apa memangnya?

"Gus Aryan harus bantu Radwa." Aqueena menjilat bibir bawahnya, telinga ia pasang agar bisa mendengar percakapan mereka.

"Aqueena sudah buat Ambar masuk ruang kesehatan tadi siang, dan malam ini Aqueena menarik jilbab Radwa di ruang makan."

What?!! Aqueena menutup mulut dengan telapak tangan kanan. Matanya mengerjab tiga kali.

Wah medusa lagi masa tobat ya? Pake masuk pesantren segala.

Di tatapnya Aryan, ingin tahu apa reaksi yang akan lelaki itu berikan. Aqueena mengeryitkan hidung, Aryan tetaplah Aryan. Minim ekpresi tapi mudah marah.

Apa Aryan gak punya rasa kasian sedikitpun lihat raut wajah Radwa yang menandingi aktingnya artis saluran televisi ikan terbang? Aqueena berdecak tiga kali, sepertinya Radwa salah pilih orang. Aryan tidak semudah itu percaya dengan trik bodoh ini, mungkin?

"Dia juga udah nyiram Radwa pakai kuah gulai miliknya, lihat gamis Radwa ada bekas gulai." Dapat Aqueena lihat Radwa menunjukkan gamis putihnya yang ternodai kuah gulai. Aqueena meringis, pasti sulit untuk di bersihkan.

Tapi darimana Radwa dapat kuah gulai?

"Radwa mau---"

Aryan menutup keras buku terjemahan tebal itu, membuat Radwa tersentak. Jangankan Radwa, Aqueena yang jauh dari mereka juga tersentak. Beruntung pot bunga tempatnya bersembunyi tidak terguling.

"Dasar penganggu!" sarkas Aryan, setelahnya lelaki itu berjalan meninggalkan Radwa yang termenung di teras dengan pandangan menatap nanar pintu ndalem.

Melihat itu, Aqueena sibuk mengulum bibir. Hampir saja dia kelepasan tertawa  saat mendapati ekspresi konyol Radwa barusan.

Haih ... kenapa di saat seperti ini Aqueena berharap penyakit tempramental Aryan kumat lalu memukul mulut nyinyir Radwa dengan buku tebalnya. Pasti seru, apalagi membayangkan bibir Radwa bakalan bengkak karena pukulan itu.

Haha. Aqueena sungguh ingin tertawa sekeras-kerasnya. Keluar dari tempat persembunyian, Aqueena berjalan menuju teras ndalem kemudian memukul bahu Radwa pelan.

Gadis hitam itu tersentak kaget, sedang Aqueena malah menampilkan senyum manis. Mata dengan iris hijau milik Aqueena menilik penampilan Radwa yang acak-acakan, bibirnya berdecak-decak dengan tangan berkacak pinggang.

"Sangat totalitas." Memetik jari tangan di depan wajah Radwa, Aqueena tersenyum jumawa. Sedetik setelahnya pandangan Aqueena datar dan menusuk. "Lo baru seminggu di sini, dan lo udah berani ngeluarin  bisa lo." Aqueena tersenyum miring.

Radwa tampak tersentak, ekpresi kaget serta takut bercampur di wajah Radwa. Aqueena hanya menikmati, pandangan matanya masih menyorot Radwa datar. Berjalan dua langkah, Aqueena sedikit menundukkan diri agar wajah keduanya sejajar.

Mendadak Aqueena terkekeh akan satu fakta. Dari segi fisik Radwa sungguh jauh dari Aqueena, dengan tubuh pendek seperti ini dia ingin menantang Aqueena. Hah, lebih baik dia menyerah sebelum Aqueena mengurungnya di dalam kamar dengan pengharum ruangan aroma reflesia arnoldi.

HIJRAH [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang