🌾HIJRAH BAGIAN TIGA PULUH LIMA🌾🏹

14.9K 1.2K 15
                                    

Aqueena mengerutkan hidung, iris hijaunya bergerak mengikuti Nichole yang sedari tadi mondar mandir tak jelas.

Sudah seperti setrikaan saja.

Mengerucutkan bibir, Aqueena memilih memainkan selang infus yang kembali terpasang di tangan kanannya.

Tadi saat sudah berhasil membawa Aqueena berbaring kembali di atas brangkar, Nichole memaksanya untuk dipasangkan alat infusan lagi.

"Habiskan dulu kantung infusnya, baru boleh di lepas." Itulah yang Nichole katakan saat memaksa Aqueena tadi. Jadi, gadis itu hanya bisa pasrah dan menuruti saja semua keinginan kakak keduanya.

"Lain kali jangan suka kabur-kaburan Queen! Bikin khawatir aja." Hah. Aqueena mendengus malas. Kejadian Nichole menyeret Aqueena kembali masuk ruang rawat sudah berlalu dua jam. Bahkan Aqueena sudah menyelesaikan sholat dzuhurnya dan lelaki bersurai pirang itu tak juga melupakan kejadian dua jam lalu.

Lagian Aqueena sudah izin lebih dulu dengan suster di sana, dan juga Aqueena hanya pergi ke taman saja. Duduk di bangku besi kayak orang kesepian sampai ikut bergabung dengan anak-anak penderita kanker. Aqueena masih dalam lingkungan rumah sakit, tapi Nichole memperlakukan dirinya seolah Aqueena sudah lari dari negara Indonesia saja.

"Sumpah Queen! Tadi tuh gue udah---"

"Gue lapar, Nichole." Perkataan Nichole terpotong saat Aqueena berujar dengan nada manja. Menepuk dahi pelan, Nichole terburu mendekati brangkar tempat Aqueena terduduk sekarang.

"Mau makan apa? Pizza, Pasta, Ratatouille, Foie Gras, Bouillabaisse, Soupe a l'oignon? Atau---"

Aqueena terkekeh mendengar semua menu makanan yang di sebut oleh Nichole. Aneh-aneh saja, dia sedang sakit di tawarkan pizza dan pasta? Bahkan menu makanan lainnya sulit di temukan di Indonesia. Ayolah, itu semua makanan khas orang Eropa.

"Lo mau nyari makanan itu dimana?" tanya Aqueena, bibirnya tersenyum geli saat mendapati wajah bingung Nichole. Lelaki itu tampak menggaruk kepala dengan kening berkerut, bahkan alisnya hampir menyatu saking dalamnya kerutan di dahi. Nichole menatap lantai marmer dengan mimik wajah yang sama, sedetik berikutnya Nichole mengangkat wajah dengan pandangan berbinar.

"Gue bisa minta koki di mansion buat masakin lo. Gimana?" Aqueena menggeleng pelan.

"Mending lo beliin gue nasi padang, pake ikan lele bakar sama rendang daging. Udah itu aja, cepetan!" Tangan Aqueena mendorong pelan badan Nichole menjauh. Tapi bukannya melanjutkan langkah keluar ruangan dan membelikan apa yang Aqueena pinta, Nichole malah berbalik saat pintu ruang rawat terbuka.

"Lo yakin mau nasi padang?" tanya Nichole memastikan, Aqueena mengangguk.

"Gue laper, pengen nasi padang," jelas Aqueena. Nichole manggut-manggut dua kali, lalu tanpa kata pergi keluar ruangan setelah sebelumnya mewanti-wanti Aqueena agar tak keluar dari ruangan sebelum dirinya kembali.

"Punya saudara limited edition semua. Mana suka pamer kekayaan lagi." Aqueena menggeleng pelan memikirkan itu. Menolehkan kepala ke arah nakas samping kiri brangkar, tangan Aqueena terulur mengambil ponsel keluaran terbaru dari merk ternama. Membuka lock screen, Aqueena bersyukur jika ponsel ini tidak memiliki kata sandi apapun.

Jemari Aqueena mengutak atik ponsel, menekan dan menggulir layar. Tidak ada yang istimewa, bahkan aplikasi media sosial seperti instagram, twitter, facebook dan segala macamnya tidak ada di ponsel ini.

Hanya ada aplikasi bawaan dan Wa. Juga beberapa folder file yang Aqueena yakini file kerja tersematkan di wall layar. Aqueena menggeleng tak percaya dan mendengus secara bersamaan.

HIJRAH [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang