🌾HIJRAH BAGIAN ENAM PULUH ENAM🌾🏹

13.9K 1.1K 112
                                    

Note : kalau percakapannya pake bahasa baku, itu berarti tokoh di sini tengah pake bahasa luar negri. Baik Inggris maupun Korea. So ... Happy Reading.

🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟

Pemandangan kota London pagi itu seakan menjadi healing bagi Aqueena. Tak terasa, empat tahun berkuliah di salah satu universitas ternama kota London memberikan hasil memuaskan untuknya --- walaupun tidak masuk predikat cumlaude.

Berdiri bersandarkan meja kayu jati yang terplitur sempurna, Aqueena mengeratkan cardigan rajut semakin memeluk tubuh. Iris hijaunya menatap lurus hamparan gedung-gedung pencakar langit kota London, bahkan dia dapat melihat puncak Tower Bridge yang membentang di atas sungai Thames.

Menghela nafas pelan, pikiran Aqueena berkelana. Jari tangan kirinya bergerak memutar cincin berlian sederhana yang tersemat di jari manis kanannya. Orang itu ... orang yang selalu mempunyai tempat spesial di hati Aqueena. Orang yang memberikan cincin ini kepadanya. Dan orang yang berjanji akan menikahinya, namun tak pernah barang sekalipun memberikan kabar padanya. Sejak kepergian laki-laki itu untuk melanjutkan study ke Maroko, Aqueena tak pernah lagi bertukar sapa dengannya.

Memikirkan itu, Aqueena perlahan bimbang. Kepalanya menunduk, iris hijaunya menatap tajam cincin yang melingkari jari manisnya. Apa dia masih harus bersabar menunggu dan memperbesar harapannya? Empat tahun sudah berlalu, namun tak ada kontak online yang keduanya lakukan. Yang ada di otak Aqueena sekarang ... apa laki-laki itu masih ingat dengan janjinya?

Janjinya untuk menikahi Aqueena ketika gadis itu siap?

Dia sudah jauh-jauh hari mempersiapkan diri dan mental. Tapi ... apa benar Aryan akan menjadikannya pendamping hidup?

Kadang terbesit di pikiran Aqueena, jika Aryan sebenarnya sudah mendapatkan pengganti dirinya. Laki-laki matang itu tak mungkin tidak tergoda akan kecantikan gadis Maroko.

Hah. Aqueena harus apa? Haruskah ia menyerah dengan harapan yang ia bangun setinggi Burj Khalifa?

Entahlah. Aqueena sendiri bingung. Menghela pelan, Aqueena kembali memfokuskan pandangan pada pemandangan kota London dari kaca jendela besar ruang keluarga penthouse milik grandma nya. Menatap lurus ke depan, sedang pikiran berkelana entah kemana.

"Aqueena." Sebuah seruan dari belakang tubuhnya membuat Aqueena tersentak. Gadis itu berbalik cepat sembari memperbaiki letak hijabnya. Di depan sana, pria bule mengerutkan kening melihat respon dari cucu majikannya ini.

"Kau kenapa? Mengingat calon suamimu lagi, eh?" Laki-laki blonde itu berjalan dengan tangan terlipat di depan dada. Bukan sekali dua kali dia melihat cucu majikannya ini melamun, dan objek yang di lamunkan tak pernah jauh dari calon suaminya yang tak pernah mengirimkan kabar.

Tinggal hampir empat tahun dengan gadis itu membuat dirinya paham dengan ulah gadis yang sudah dia anggap sebagai adik sendiri.

"Kau selalu tau, Max," jawab Aqueena pelan. Dia berjalan mengitari meja  menuju sofa bed lalu menghempaskan tubuhnya bersandar. "Sekarang, sedang apa kau disini?" sambungnya, setelah beberapa detik terdiam hanya untuk memperbaiki posisi agar lebih nyaman.

Max --- supir yang sudah lama mengabdi dengan pemilik penthouse --- ikut menndudukkan diri pada single sofa tak jauh dari Aqueena. Kaki kanan ia silangkan menumpu kaki kiri, laki-laki itu tersenyum mengejek ke arah Aqueena.

"Aku sudah menawarkanmu untuk menjadi istriku, tapi kau tak mau. Ck ck ck, sayang sekali." Max menggeleng dramatis.

Aqueena berdecak mendengar penuturan supir grandma nya ini. Memutar bola mata malas, Aqueena menatap Max tajam. "Kau sudah beristri Max, jangan serakah," tukasnya tajam.

HIJRAH [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang