🌾HIJRAH BAGIAN LIMA PULUH LIMA🌾🏹

13.2K 1.1K 19
                                    

Sepanjang perjalanan Aisyah hanya diam. Tak ada satu kata pun keluar dari mulutnya, bahkan Aqueena yang duduk di sebelahnya pun tak mengeluarkan suara. Aisyah tak mengerti, tapi ... Aqueena sejak selesai sholat subuh tadi seperti tak tersentuh. Gadis itu menjadi pendiam, bahkan aura yang di pancarkan Aqueena mendadak mencekam. Perlu kalian tahu, tenggorokan Aisyah sudah kering kerontang saat ini karena terlalu sering menelan ludah.

Menghela nafas pelan, Aisyah sekali lagi melirik ke arah Aqueena. Hanya sebentar, bahkan tak sampai tiga puluh detik. Setelahnya dia kembali menatap ke arah luar jendela.

Bola mata Aisyah membola saat menyadari jika jalanan yang mereka lalui berubah. Seingatnya --- sebelum dia melirik ke arah Aqueena --- jalan yang mobil mereka lewati masih berada di lingkungan jalan raya. Walau tidak jalanan besar, tapi Aisyah masih bisa melihat mobil ataupun motor satu-satu berlalu lalang.

Tapi kenapa sekarang berbeda?

Ajaib. Tidak mungkin dalam kurun waktu tak sampai tiga puluh detik mobil yang ia naiki sudah memasuki wilayah jalanan dengan pohon pinus berjejer di sisi kiri dan kanan.

Tidak sampai di situ saja keterkejutan  Aisyah. Kali ini dia kembali di kejutkan dengan sebuah gerbang besar layaknya gerbang istana kerajaan di film kolosal eropa yang pernah ia tonton, menyambut pandangan di depan sana.

Mobil berhenti tepat di depan gerbang, dan secara otomatis pula gerbang dengan ukiran huruf A besar  yang terbuat dari besi mulia --- emas --- terbuka perlahan. Bersamaan dengan terbukanya gerbang, Aisyah di buat tersedak saat mendapati bangunan mengah di ujung sana.

Kira-kira ada jarak dua hektar untuk sampai ke depan pintu utama bangunan berlantai tiga itu. Dari kejauhan saja sudah terlihat kemegahannya, Aisyah takjub.

'Jadi seperti ini mansion keluarga Adams, subhanallah. Syukurlah Mbak Aqueena tidak sombong dengan kekayaannya.

Berkali-kali Aisyah menggumamkan kalimat takbir dan tasbih. Karena memang kekayaan keluarga Adams ini tak bisa di ragukan lagi. Sejauh mata memandang ada lapangan rumput luas namun tertata rapi. Taman bunga dengan beragam macam jenis, rupa dan bentuk. Bahkan air mancur yang keseluruhannya terbuat dari kaca berdiri kokoh di tengah-tengah jalan yang membentuk bundaran.

Mobil berhenti saat sudah sampai di depan pintu kayu besar dengan ukiran rumit. Berdiri kokoh dan kuat. Susunan undakan tangga marmer terlihat menjulang ke depan. Masih harus menaiki tangga jika ingin bertemu tatap dengan pintu besar nan megah di atas sana.

Aisyah keluar dari mobil mewah yang ia naiki bersamaan dengan Aqueena. Mendapati wajah murung teman sekamarnya itu, mendadak ke kaguman Aisyah akan keindahan dan kemegahan bangunan yang berdiri kokoh di hadapannya hilang seketika.

Dia menghela nafas saat mendapati Aqueena berjalan lesu menaiki tangga. Aisyah cepat-cepat ikut naik, merangkul bahu teman sekamarnya itu. Dia takut, jika nanti keseimbangan tubuh Aqueena buyar 'kan bahaya.

Tepat pada anak tangga terakhir. Aqueena berhenti, begitupun dengan Aisyah. Pintu dari kayu jati dengan ukiran rumit namun indah itu perlahan terbuka. Menampilkan jejeran pelayan --- baik laki-laki dan perempuan --- tengah menundukkan kepala sedikit. Seolah-olah mereka tengah menyambut orang penting datang.

Ya pasti pentinglah, yang datang Aqueena. Anak perempuan satu-satunya di keluarga Adams.

Aisyah tersenyum tipis melihat barisan pelayan dengan seragam hitam putih itu. Tak lama setelah pintu terbuka, terlihat salah satu pelayan --- tampak berumur dan pakaiannya beda sendiri dari pelayan yang lain --- berdiri di tengah-tengah barisan.

Wanita yang Aisyah taksir berusia lima puluh tahunan itu menundukkan kepala sedikit, kemudian tersenyum manis menatap keduanya.

"Selamat datang kembali Nona Aqueena," ucap si wanita.

HIJRAH [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang