🌾HIJRAH BAGIAN LIMA🌾✅

22.3K 1.8K 31
                                    

Matahari sudah kembali keperaduannya, membiarkan bulan dan bintang 'tuk menggantikan tugas menyinari bumi yang sudah banyak terdapat polusi cahaya.

Aqueena menatap jam dinding kecil hasil gift dari salah satu calon DPR-- dilihat dari wajah sang calon yang terpampang jelas disana-- tengah menunjukkan pukul tepat sepuluh malam. Mengalihkan pandangan, Aqueena mendapati Salwa Humairah-- salah satu teman kamarnya, tengah tertidur pulas dengan kitab tebal yang tidak ia ketahui apa namanya jatuh tepat di atas wajah gadis berkulit sawo matang itu.

Mendudukkan diri dari posisi berbaring, dapat ia lihat Aisyah Nur Baiti dan Mufaza Ulul 'Ilmi juga tengah terlelap.

Menarik lutut kedalam dekapan. Aqueena menyembunyikan wajahnya pada celah lipatan lututnya, membiarkan rambut pirang sepunggung miliknya jatuh menutupi tiap sisi wajah. Entah kenapa Aqueena ingin menangis sekarang.

Mendadak ingatan akan kebersamaan dirinya bersama mommy dan daddy terngiang di ingatan. Bagaimana sikap sang mommy saat menghadapi kenakalannya, wajah yang tak pernah henti menyunggingkan senyum walah sudah Aqueena kerjain. Wanita yang saat kesal lebih memilih menjauh daripada meluapkan emosi, bahkan wanita yang melahirkannya itu tak pernah sekalipun memarahinya. Jangan 'kan marah, meninggikan nada bicaranya saja sang mommy tak pernah.

Sebegitu hebat wanita itu menjaga perasaannya. Dan Aqueena, dirinya malah tak mengerti akan itu dan memilih selalu berbuat masalah bahkan tak jarang membentak tanpa memikirkan perasaan sang mommy.

Matanya mendadak memanas diikuti dengan bahu yang mulai bergetar pelan. Setetes air jatuh dari matanya disertai isakan kecil, ingin rasanya Aqueena terbang malam ini menuju London agar dapat memeluk bahu rapuh wanita yang amat berjasa baginya itu.

Aqueena semakin larut kedalam kesedihannya saat wajah lelah sang daddy saat pulang bekerja. Begitu banyak masalah terjadi di kantor. Mengikuti rapat, mengadakan pertemuan antar kolega, belum lagi saat ada kebocoran data perusahaan maka daddy-nya itu bahkan rela tak pulang kerumah memilih larut dalam perkerjaan agar segera rampung. Dengan harapan, setelah selesai dirinya akan mendapat kesempatan untuk bercengkrama bersama sang anak.

Tapi apa yang ia dapat, saat daddy-nya pulang dari kantor dengan wajah lelah namun tetap berusaha menampilkan senyuman. Aqueena malah tak acuh, bahkan pernah Aqueena dengan tidak berperasaan membentak sang daddy hanya karena pria yang selalu berusaha agar dirinya berkecukupan tak datang mewakili pembagian raport di SMP.

Air mata Aqueena kembali luruh, bahkan kedua tangan ia bekap di mulut agar isakannya tak keluar dan mengganggu teman sekamarnya. Hatinya sakit mengingat kelakuannya yang amat kurang ajar pada kedua orang tuanya. Sudah berapa banyak luka yang ia torehkan pada hati mommy serta daddy-nya. Aqueena tak tahu, dia butuh pelukan sang mommy sekarang.

"Mom, dad-- maafin Aqueena," katanya sebelum kesadaran merenggut dirinya memasuki alam mimpi.

------------------

Tepat jam tiga pagi Aqueena dipaksa bangun oleh Aisyah-- salah satu teman kamarnya. Gadis dengan badan sedikit berisi itu bahkan tak segan-segan menyentak Aqueena agar segera sadar. Namun nyatanya, Aqueena yang tak pernah bangun sepagi ini kembali memilih bergelung dalam selimut.

"Duh, Mbak Aqueena!!" Aisyah frustasi. "Nih, bule satu kok susah banget sih bangunnya."

"Gimana Syah, udah bangun." Faza yang baru selesai dengan kegiatan membersihkan diri berujar. Handuk bermotif princess terlihat tersampir di atas kepala yang tertupi kerudung instan.

HIJRAH [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang