🌾HIJRAH BAGIAN EMPAT PULUH DELAPAN🌾🏹

14.2K 1.1K 26
                                    

Sebelum baca follow akun ane guys.

Btw kita absen dulu.
Readers aye yang baik dan tidak sombong, kalian dari kota mana?
Terus
Umur berapa?

Biar kenalan kita hehe🤓

🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟

Menghela nafas, Aqueena memangku dagu dengan dua kepalan tangan. Kitab dan buku tampak berserakan di sekitarnya. Gadis yang selalu memakai sweater over size itu terduduk pada teras masjid bagian santriwati, menatap lurus pada hamparan rumput yang bergerak pelan di terpa sepoi angin.

Lehernya bergerak pelan ke samping kanan, iris hijaunya perlahan bergerak turun. Menatap satu persatu kitab dan buku yang ia biarkan berserak di atas lantai. Kembali helaan nafas keluar dari sela bibir Aqueena, ujian akhir semester tinggal seminggu lagi dan masih banyak pelajaran yang tak ia pahami.

Maklum, Aqueena saat belajar pasti tertidur. Jika tidak tidur, gadis itu akan menatap lurus papan tulis. Tapi bukan karena dia mendengarkan penjelasan ustadz atau ustadzah di depan sana, melainkan melamun. Istilah zaman sekarang mah ngehalu.

Kehidupan pesantren Aqueena selama seminggu ini berjalan baik-baik saja di karenakan tiga murid medusa sudah resmi di keluarkan secara tidak hormat dari pesantren---kecuali Aisyah yang masih suka membuat dirinya darah tinggi.

Aqueena masih mengingat dengan jelas raut wajah Ambar saat Hari datang menjemput dirinya dan Syakila. Gadis itu selalu memandang Aqueena dengan tatapan menusuk, seolah mengatakan jika dia tak akan melepaskan Aqueena begitu saja. Dia masih ingin membuat Aqueena menderita, tapi kenyataan menamparnya telak dan menohok. Karena kenyataannya, dia masih kalah jauh dari Aqueena. Sekuat apapun dia berusaha untuk membuat Aqueena terluka, maka bisa di pastikan, di saat itu juga, Ambar akan mendapatkan balasan yang lebih menyakitkan.

Sedang Radwa, gadis itu mendadak di jauhi oleh keluarga Pesantren. Bahkan Umi Nazda yang dahulu selalu memberikan kasih sayangnya pada Radwa layaknya seorang ibu pun juga menjauhi gadis hitam manis itu. Mereka terlampau kecewa dengan apa yang telah Radwa perbuat.

Orang yang begitu di percaya membuat kepercayaan itu jatuh sudah. Semua perlakuan manis Radwa, tingkah sopannya, lemah lembutnya.

Buyar!

Menjadi satuan menghitam hanya karena sebuah kesalahan dalam memilih teman. Kecemburuan membutakan mata hati manusia, lambut laun mengakar menjadi dendam tertahan yang tak akan pernah merasa puas jika belum terbalaskan.

Ibarat kata pepatah. Nila setitik, rusak susu sebelanga. Itulah Radwa sekarang di mata semua orang.

Pada saat itu juga, bibi Salima---adik dari mommy Aqueena---yang baru pertama kali ia lihat, meminta maaf atas perlakuan anaknya. Aqueena menghela nafas kala itu, hanya karena ulah anak orang tua rela merendahkan diri meminta maaf.

Bukan hanya sekedar kalimat yang terlontar dari bibir, karena Aqueena terlalu lama tak membuka suara. Salima sampai bersimpuh, tentu saja Aqueena terkejut. Dia dengan cepat membawa Salima berdiri.

Keterdiaman Aqueena bukan karena gadis itu tak mau memaafkan, bagaimana pun juga orang yang memaafkan itu lebih tinggi derajatnya dari si peminta maaf. Dia terdiam, karena dia masih tak menyangka dengan pemandangan yang baru ia lihat pertama kali secara langsung --- seorang ibu meminta maaf atas perlakuan anaknya.

"Aqueena udah maafkan, Bi. Jangan seperti ini," ucap Aqueena kala itu. Kedua tangannya meremas kedua bahu Salima pelan, melihat mata gelap Salima membuat Aqueena ingat akan mommy nya, juga status Salima yang merupakan saudara kandung sang mommy membuatnya sakit sendiri. Dia tak bisa membayangkan, bagaimana jika mommy nya dalam posisi Salima saat itu.

HIJRAH [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang