🌾HIJRAH BAGIAN SEMBILAN🌾✅

19.2K 1.5K 14
                                    

Aisyah menatap malas Aqueena yang tengah mematut diri pada cermin besar, Aqueena berkacak pinggang. Rambut pirang sebahu ia biarkan tergerai begitu saja, sepoi angin nan berasal dari kipas angin tempel di atas kepala  menerbangkan sebagian rambutnya menampar pelan pipi tirus kemerah-kemerahan itu.

Mengambil sisir, Aqueena menyatukan rambut menjadi satu kesatuan lalu ia tata rapi tepat di atas kepala. Menggulung jadi satu bagian segera gadis itu mengaplikasikan ikat rambut dari karet untuk merekat rambut agar tak berhamburan.

Terakhir, Aqueena membetulkan tata letak poni tipis menutupi jidat lebarnya. Sempurna. Cepol rambut ala gadis Korea tampak manis di wajah tirusnya.

Aisyah sudah garuk-garuk kuping saking tak mengerti lagi akan apa yang dilakukan teman sekamarnya itu. Sudah hampir dua jam gadis itu berdiri mematut kaca dengan tangan sibuk mengutak-atik rambut hingga  berbagai bentuk dan mode. Cepolan itu adalah mode rambut ke sepuluh yang sudah berhasil Aqueena buat, dan itu membuat Aisyah bosan melihatnya.

"Mbak Aqueena, gak capek apa utak-atik rambut dari tadi?" Keluhan sudah berhasil keluar dari bibir tipis gadis dengan badan berisi itu. Berbaring telentang di atas kasur lipat yang terbentang, Aisyah menatap langit-langit sembari menghela nafas.

"Ish, sibuk banget sih lo. Toh ini rambut gue juga," balas Aqueena sewot. Gadis dengan cepolan yang lebih mirip jambul Jarjit Sing temannya si kembar botak Upin dan Ipin itu berjalan kearah Aisyah.

Tanpa prikemanusian, Aqueena menendang pelan badan Aisyah hingga terguling menjauh dari kasur lipat yang ia jadikan alas tidur.

"Ish, Mbak! Gak ada sopannya sih! Kenapa pake kaki segala coba," gerutu Aisyah namun tak di pedulikan Aqueena. Gadis pirang itu malah tanpa tahu malu menelengkupkan tubuh di atas kasur lipat milik Aisyah.

"Anjir!! Bantal lo bau jigong." Kembali tanpa perasaan Aqueena melempar sembarang bantal milik Aisyah hingga mengenai Salwa yang sedari tadi tak bergerak dengan kitab kuning tebal di tangan.

"Ya salah Mbak sendiri, kenapa monopoli bantal aku."

"Ya karena gue malas buat gelar kasur."

"Ya udah risiko!"

"Gak ikhlas lo!"

"Eng---"

"Kalian bisa diam gak, sih!" Salwa menutup kuat kitab tebal di tangannya. Iris coklat dari balik kacamata tersebut menyorot tajam dua insan yang sudah membuyarkan konsentrasinya.

Aisyah menunduk, sedang Aqueena kini sudah terlentang menghadap langit-langit. Tak terlalu memperdulikan tatapan tajam Salwa, toh tatapan mommy nya lebih serem dari itu.

"Maaf Mbak," cicit Aisyah yang dibalas deheman oleh Salwa.

Hening.

Tak ada yang bersuara sedikitpun, Salwa tengah fokus dengan kitab berkertas kuning nan tebal, Aisyah memilih memejamkan mata sembari berbaring telentang di atas lantai semen.

Sedang Aqueena masih pada fokus utamanya, menatap langit-langit penuh stiker dengan tatapan kosong. Pikirannya berkelana jauh dengan banyak macam cabang pertanyaan berkelebat dalam benak.

"Assalamu'alaikum." Salam dari Faza yang baru saja masuk ke dalam kamar membuyarkan konsentrasi Salwa juga Aisyah. Keduanya menjawab salam, namun tidak dengan Aqueena. Gadis itu malah tak menyadari kehadiran Faza.

"Queen, jawab salam itu wajib loh."

"Eh?" Aqueena tersentak, dengan hidung mengeryit ditatapnya Faza dengan almamater keamanan membungkus tubuh. "Apa tadi?" tanyanya.

HIJRAH [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang