MAU NANGIS SEKALIGUS KESEL?
MAMPIR YUK...
JANGAN LUPA FOLLOW, VOTE, COMMENT, AND SHARE...
---
HIRAETH
Memiliki makna kerinduan, nostalgia dan rasa ingin pulang ke rumah.
BUNGA DAVINA GABRIELLA ANDHARA.
Nama gadis cantik yang hidup bersama Mommy d...
KALO SUKA SILAHKAN DI VOTE AND COMMENT DI SETIAP PARAGRAF YAH...
MAKASIH...
PLAGIAT DILARANG MAMPIR!!!!!!!!!!!!!!
***
HAPPY READING...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bunda menatap Adik bungsunya yang sedang melafalkan ijab Kabul di bawah sana. Mereka semua terlihat bahagia, bahkan Althar dkk juga ikut menikmati acara itu.
Acaranya cukup sederhana, tak ada resepsi atau yang lainnya, hanya ijab Kabul. Tetapi tamunya cukup banyak.
"Kenapa kalian kelihatan bahagia banget sih?" entah siapa yang Bunda tanya.
Mata tajamnya terus menatap mereka semua orang yang berada di bawah sana. Tak ada mata yang sayu dan senyum lembut di bibir nya.
"BUNDA."
Teriakan itu mengalihkan pandangan Bunda, di sana ada Dokter Rey yang berdiri bersama King didekat kolam renang.
Teriakan Dokter Rey terlalu keras, sehingga semua orang menatap Bunda yang tengah berdiri di balkon kamarnya dengan piyama biru, jilbab bergo hitam dan juga infus di tangan kanannya. Sudah dua hari infus itu berada ditangannya.
"SINI TURUN TEH." Bunda menatap Aje sekilas yang meneriakinya, kemudian masuk ke dalam kamar untuk istirahat.
Bunda sama sekali tak berniat turun ke bawah untuk memeriakan pernikahan Aje dan Nindya. Dia ingin marah kepada Nindya karena telah merebut Adiknya, tapi tak bisa, karena itu takdir Allah.
"Anak bungsu Daddy udah nikah, tapi kenapa Daddy gak dateng dan kenalin diri ke kita?" Bunda duduk ditepi kasurnya, dia menatap foto mereka berenam yang tepat di dinding depannya.
"Gak bisa Gam!"
"Bisa Re, ini hari bahagia dia dan aku harus kasih tau itu."
"Tapi-"
Samar samar Bunda mendengar keributan dari balkon kamar Mommy-nya. Karena rasa ingin tahunya lebih besar, Bunda berjalan dengan pelan dan berdiri didekat jendela balkon kamarnya.
"Mereka anak-anak aku Re!"
Itu suara Agam, Bunda sangat mengenali itu.
"Aku tau Gam, tapi kita harus minta persetujuan Hasya."
"Aku yakin Hasya setuju."
"Mungkin Hasya setuju, tapi ketiga anak kamu? Apa mereka akan setuju dan menerima keenam anakku?"
