31. BUNDA SADAR, DAN DIA TAU! (Revisi)

1.6K 186 5
                                    

WARNING ⚠

FOLLOW AUTHOR !!!

KALO SUKA SILAHKAN DI VOTE AND COMMENT DI SETIAP PARAGRAF YAH...

MAKASIH...

PLAGIAT DILARANG MAMPIR!!!!!!!!!!!!!!

***

HAPPY READING...

Aja berlari dengan cepat, tapi saat di depan ruangan Bunda dia berhenti, pintu itu tertutup dengan rapat dan di dalam sana hanya terdengar suara tangisan yang membuar siapa saja ingin ikut menangis karena mendengarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aja berlari dengan cepat, tapi saat di depan ruangan Bunda dia berhenti, pintu itu tertutup dengan rapat dan di dalam sana hanya terdengar suara tangisan yang membuar siapa saja ingin ikut menangis karena mendengarnya.

"Kenapa gak masuk Ja?" tanya Antariksa yang berada tepat di belakang Aja.

"Aja takut Uncle." jawabnya pelan.

"Gak papa kok Ja, di sini ada kita semua." ucap Ara tenang, padahal jika ingin jujur Ara sangat takut tentang kondisi Bunda saat ini.

"Tapi Aunty-"

Aja menghentikan ucapannya saat Hasya tiba-tiba saja maju dan membuka pintu ruangan Bunda. Sedangkan Aja langsung menutup matanya, takut melihat pemandangan yang ada di depan nya.

"BUNDA!"

Dengan cepat Aja membuka matanya dan ikut masuk bersama yang lainnya saat mendengar suara teriakan Hasya yang sangat keras.

"BUNDA!"

"TETEH!"

Di sana terlihat Rere sedang memeluk Bunda yang terbaring di brankar rumah sakit dengan mata yang terbuka sangat jelas, bahkan sangat sangat jelas.

"Hai."

Sapaan itu keluar dari bibir tipis Bunda yang menandakan bahwa mereka semua tidak mimpi, itu nyata, putri, saudara dan juga sahabat mereka sudah sadar dari komanya.

Rere melepas pelukannya terhadap Bunda, kemudian berjalan ke arah Aje, Nindya, dan juga Khadijah yang berada di sofa. Sedangkan yang lainnya mendekat ke arah Bunda yang masih terbaring di brankar Rumah Sakit.

Bahagia?

Jangan tanyakan lagi, Aja dan yang lainnya amat sangat bahagia saat melihat senyuman di wajah Bunda itu. Senyum yang mereka rindukan kini telah kembali seperti semula, walaupun tak seperti saat di Turki dulu.

Senyumnya yang dulu sangat berbeda dengan yang sekarang. Dulu, senyuman itu selalu terlihat sangat ceria dan juga terlihat binaran di matanya, tapi sekarang, hanya ada senyuman tipit dan mata yang teduh.

"Aa' gak mimpikan?"

"Aa' gak mimpi kok, ini nyata."

Saat itu juga Aja merasakan tangan mungin nan hangat menyentuh tangannya yang dingin, Ini nyata Ja, Teteh udah sadar dari komanya.

Hiraeth |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang