30. DIA SADAR? (Revisi)

1.8K 244 100
                                    

⚠ WARNING ⚠

FOLLOW AUTHOR !!!

KALO SUKA SILAHKAN DI VOTE AND COMMENT DI SETIAP PARAGRAF YAH...

MAKASIH...

PLAGIAT DILARANG MAMPIR!!!!!!!!!!!!!!

***

HAPPY READING...

Matanya mulai terbuka secara perlahan, bahkan jari jemarinya sudah bergerak sedikit demi sedikit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matanya mulai terbuka secara perlahan, bahkan jari jemarinya sudah bergerak sedikit demi sedikit. Laki-laki yang di sampingnya terus melafalkan doa agar mata gadis itu terbuka sempurna.

"Alhamdulillah."

Helaan nafas lega keluar dari mulut nya saat melihat mata sahabatnya terbuka sempurna, bahkan tak terasa air matanya sudah turun membasahi pipinya.

"Bunda."

Panggilan tersebut membuat Bunda menoleh, di mana ada Dhika di sampingnya. Dia menatap Dhika dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Apa yang lo rasa sekarang Bun?" tanya Dhika dengan nada khawatir.

Bunda diam tak menjawab. Dia ingin Aja yang berada di sini, di sampingnya saat ia sadar dari mimpi panjangnya. Tapi nyatanya bukan Aja yang berada di sini, melainkan temannya.

"Kok lo di sini?" tanya Bunda dengan suara parau.

Ingin sekali rasanya Bunda meminta kepada Dhika untuk membantunya duduk, tapi tidak bisa. Jika boleh jujur, untuk saat ini badan Bunda terasa sangat susah untuk di gerakkan.

"Nemenin Safira ketemu tante Nadia." jawab Dhika.

Dhika dan Safira tidak datang ke sekolah karena ingin menemui orang tua Safira yang sedang di rawat di rumah sakit ini.

"Mommy gue mana?"

"Ada kok, mau gue panggilin." tawar Dhika yang di balas gelengan oleh Bunda.

Bunda menatap kosong langit-langit ruangannya, beberapa alat medis masih menempel di tubuhnya, tangannya juga terasa berat untuk di gerakkan.

Dhika yang melihat Bunda sedang melamun langsung memanggil dokter Rey. Sedangkan Bunda tak sadar jika Dhika sudah keluar dari ruangannya.

"Teteh." Bunda melirik dokter Rey yang memanggilnya, di samping dokter Rey ada beberapa suster dan juga Dhika.

"Uncle cabut semuanya yah." kata dokter Rey yang di balas anggukan lemah oleh Bunda,

Dokter Rey dan beberapa suster itu mulai mencabut semua alat alat medis yang ada di tubuh Bunda kecuali infus itu.

Hiraeth |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang