Kakinya melangkah cepat keluar dari rumah sakit. Meninggalkan pasien yang mungkin menemui ajalnya. Belum juga beberapa Minggu menjadi seorang mahasiswi, Ataya kini berhasil membunuh Dosennya. Yah, mungkin saja. Tak ada yang tau, Dosen rese itu meninggal di tempat atau hanya pingsan lebay. Sebelum semuanya menjadi rumit, Ataya memilih melarikan diri. Dia meninggalkan Valiant dengan keadaan lidah terjulur.
Azab.
•••
Hari Kampus. Menurut Ataya pribadi, kuliah itu biasa saja. Mungkin, karena dia baru menginjakkan kaki ditingkat ini. Tak ada yang istimewa atau luar biasa.
Seperti hari ini. Ataya hanya terdiam memperhatikan Jamaluddin yang sedang memperhatikan seseorang juga. Definisi, selalu aku lihat belakang punggungmu, disaat kau lihat belakang punggung pria lain~. Canda, Jamaluddin masih lurus.
Mereka sama-sama sedang memandang ciptaan Tuhan yang maha indah. Cewek berbody sexy nan hot api neraka.
"Ya? Cewek di sana sengaja uji iman para cowok," ucap Jamaluddin tanpa mengalihkan pandangannya. Menikmati.
"Nih, biawak. Udah lihat sepuasnya, kagak usah nyalain tuh cewek!" kesal Ataya.
Jamaluddin menelan salivanya kasar. Pemandangan yang menyegarkan mata, berbeda saat melihat Ataya, bawaannya selalu suram.
"Ingat, Jamal. Marketing neraka emang lebih menarik," bisik Ataya memeringati.
"Bacot, ahli neraka!" Jamaluddin menyentil jidat Ataya.
Sejujurnya, Ataya dan Jamaluddin sedikit kebingungan. Mereka berdua ingin bertanya, mengapa gadis itu berdiri ditengah lapangan? Padahal, matahari sangat terik siang ini.
"Eh, pingsang anjir!" teriak Jamaluddin.
"Pingsan bukan pingsang! simpan 'g' untuk masa depan lo!" ralat Ataya. Gadis membenarkan kalimat temannya yang terlalu banyak memperkosa bahasa.
Ataya baru berbalik beberapa detik dan Jamaluddin tak terlihat dua kali di tempatnya. Cowok itu melompat bak kera sakit, untuk menjadi penyelamat Si Gadis. Jadi, haruskah Ataya menyusul Jamaluddin juga?
Lebih baik menyusul. Ataya hapal betul dengan tabiat biawak satu ini. Pasti, Jamaluddin mengambil kesempatan dalam kesempitan.
Yang lain mulai berkumpul di lapangan. Mereka mengerumuni gadis itu bak semut berebutan gula. Katanya, gadis itu mendapat hukuman. Pantas saja berani berdiri di tengah lapangan.
"Ada apa ini?" Suara berat nan tegas terdengar dari luar kerumunan.
Ataya hapal betul suara ini. Suara yang pemiliknya harus dia hindari. Entah, setan jenis apa yang membujuk orang itu datang ke sini.
Sial, cepat sekali orang ini keluar dari rumah sakit. Ataya pikir, Dosen rese itu sudah menjemput ajalnya.
"Ada yang pingsan, Pak," Jawab mereka serempak.
"Oh, ajah sih." Dosen rese itu berkata dengan santai. Tak ada rasa khawatir atau kasihan di hati kerasnya.
Sebab terlalu kesal, karena tingkah laku Dosen rese itu, Ataya tanpa sadar menyahuti percakapan mereka. "Jahat banget jadi Dosen!" geramnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMBEL KAMPUS (END)
RomanceHanya kisah absurd dari anak yatim piatu angkatan 2015, yang selalu terkena kesialan dalam hidupnya. ®Dont Copy My Story'