Mulut Ataya terkatup rapat. Valiant yang bersimpuh di kedua kaki wanita paruh baya yang di panggil 'Mama' seketika membuat darah Ataya berdesir. Sungguh lemah pria yang di kenal sebagai Dosen Killer di kampusnya.
Ataya hanya bisa diam berdiri di ambang pintu, menatap Valiant yang kini menangis tersedu-sedu.
"Ma.. Maafin Valiant, mama telepon Valiant tadi?" tanya Valiant dengan nada lirih dan pilu.
Mama Valiant tidak merespon, hanya ada tatapan kosong dan kerutan kebingungan di wajahnya.
"Ma.. Mama rindu Valiant?"
"Hari ini mama kerja apa?"
"Mama udah makan?"
"Nggak ada yang jahat 'kan sama mama?"
Bertubi-tubi pertanyaan itu keluar dari mulut Valiant dan tidak satupun membuat mamanya menggerakkan mulutnya untuk menjawab.
Dengan perasaan ragu bercampur aduk, Ataya mendekati mereka berdua. Ataya ikut bersimpuh di samping Valiant.
"Halo Tante," sapa Ataya seperti orang bodoh.
Jujur, Ataya pusing ingin berkata dan melakukan apa di depan mama Valiant. Tidak mungkin, dia menjadi badut dadakan atau akrobat topeng monyet di sana.
"H-halo.."
Tadinya kepala Ataya dan Valiant yang menunduk sedih, kini terangkat saking kagetnya mendengar jawaban dari wanita paruh baya itu.
Valiant menatap Ataya tidak percaya, mamanya sangat sulit di ajak berbicara yang ada mamanya akan berteriak histeris dan menangis tanpa sebab.
"Mungkin ikatan batin sesama orang gila," batin Ataya.
Ini saatnya Ataya mengeluarkan kemampuannya mengirim telepati sesama bangsanya.
"Hm, Tante sehat?"
Plak!
Valiant mengumpat pelan dan memukul kepala Ataya, bisa-bisanya mahasiswinya bertanya seperti itu.
"Apa? Salah saya tanya gitu?" Ataya juga tidak tau letak kesalahannya dimana.
"Mama saya sehat, pikirannya yang nggak sehat," bisik Valiant kesal.
Ataya memutar bola mata malas. "Pak, pikiran yang tidak sehat dapat mempengaruhi kesehatan fisik! Paham?"
Tanpa mereka berdua sadari, Mama Valiant tersenyum untuk pertama kalinya selama dia sakit.
"Kamu.. lucu." Mama Valiant kembali membuka suara.
Bagi Valiant ini merupakan keajaiban, mungkin Ataya belum paham betul dengan keadaan mamanya.
"Ataya! Ajak mama ngomong," pinta Valiant senang.
"Mama? Heh, mama Pak Valiant--"
"Sstt! Udah jangan banyak protes, turuti sekarang!" potong Valiant saat Ataya ingin melayangkan protes.
Ataya sedikit memajukan dirinya ke depan kursi roda Mama Valiant. Wanita paruh baya itu tidak melepas pandangannya dari Ataya sedetikpun.
"Tante, Tante mau denger cerita nggak?"
Entah apa yang ada di pikiran gadis itu, hingga membuat Valiant melongo.
"Cerita.."
"Oke, Ataya mulai cerita. Tante harus denger baik-baik, karena kecepatan bicara Ataya melebihi kecepatan kuda-kuda ninja kalau kata Pak Valiant," jelasnya.
Ataya kemudian berdehem pelan untuk memulai cerita yang nyata atau tidak itu.
"Jadi, saya ini kuliah di kampus tempat anak Tante mengajar. Dan sialnya, saya bermasalah sama Dosen Killer di awal masuk kuliah. Tante tau nggak, Dosen itu jijik banget sama saya, berasa lihat kuman paling berbahaya dan anehnya dia malah berubah beberapa hari kemudian. Entah, karena ketempelan setan genit apa gimana, saya juga bingung--"
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMBEL KAMPUS (END)
RomanceHanya kisah absurd dari anak yatim piatu angkatan 2015, yang selalu terkena kesialan dalam hidupnya. ®Dont Copy My Story'