Kelepasan (17+)

4.3K 459 30
                                    

Sepulangnya dari berbelanja dan mengisi perut di warung depan rumah sakit jiwa, mereka memutuskan mampir menemui Mama Valiant di rumah.

Namun, ternyata mama Valiant tengah beristirahat. Wanita paruh baya itu tertidur lelap di dalam kamarnya, yang bersebelahan langsung dengan kamar Valiant.

"Jangan pulang dulu, tunggu sampai mama saya bangun. Oh, iya. Barang-barang kamu juga di antara ke sini nanti," jelas Valiant sambil merapikan kamarnya yang sedikit berantakan.

Otak Ataya tak dapat berpikir jernih, pria dewasa mengajaknya menunggu di dalam kamar. Apakah Ataya boleh lari sekarang?

"Pak, lebih baik saya nunggu di luar aja deh," usul Ataya, mengingat banyak setan yang akan menggoda mereka berdua.

Valiant menghentikan pergerakan tangannya yang sibuk merapikan berkas di atas meja. "Nggak usah takut, saya nggak akan macam-macam. Pintunya juga sengaja nggak di kunci, biar nanti kalau saya kelepasan kamu bisa lari," candanya.

"Oh, iya Ataya. Kamu tunggu sebentar di sini, saya buatin minum dulu," sambung Valiant.

Ataya mengangguk pelan sebagai jawab. Semoga, Sisi dan Jack menolongnya nanti sewaktu-waktu jika Valiant berani melecehkan dirinya. Ngomong-ngomong tentang dua temannya itu, mereka sekarang jarang bertemu. Jack lebih sibuk dan banyak menghabiskan waktu bersama Sisi-pacarnya.

Ataya yang sibuk memikirkan kedua temannya. Sedangkan, Valiant sibuk mencari sesuatu untuk Ataya. Pria itu lupa mengisi persediaan dapurnya.

Valiant membuka lemari es. Matanya hanya menangkap jus orange dan beberapa cemilan kemarin. Jadi, Valiant putuskan untuk mengambil itu saja. Tetapi sebelum itu, Valiant melihat satu botol minuman asing di kulkasnya.

"Sejak kapan ini ada di sini?" tanya Valiant pada dirinya sendiri.

Tak mau ambil pusing, Valiant juga mengambil minuman itu dan membawanya kembali ke dalam kamar, dimana Ataya berada.

Ternyata, Ataya membaringkan diri di atas ranjang.

Valiant menggeleng kecil. Sama sekali tidak terlihat, bahwa Ataya takut jika dirinya berbuat macam-macam.

"Ataya," panggil Valiant pelan.

Ataya beringsut bangun. "Iya," jawabnya lesu.

"Kenapa lesu, hm?" Valiant menarik satu meja kecil mendekat. Diletakan apa yang dia bawa di sana.

"Saya capek." Capek habis berbelanja, keliling ke sana kemari dan mencoba semua barang-barang.

"Ini, minum dulu, kalau gitu." Valiant menyodorkan gelas berisi orange jus dan langsung di terima Ataya dengan senang hati.

Ataya meneguk habis minumannya. Tenggorokannya memang terasa kering sedari tadi.

"Pak, Mama belum bangun?" tanya Ataya basa-basi, memecahkan keheningan yang sempat tercipta di antara mereka.

"Belum, atau saya bangunin aja?" Valiant hendak bangkit, namun langsung di tahan oleh Ataya.

"Eh, jangan! Nanti kalau di bangunin, kepala mama sakit," larang Ataya sambil menahan pergelangan tangan Valiant.

Fyi, posisi mereka sama-sama berada di atas ranjang Valiant. Dengan meja kecil di samping ranjang untuk menyimpan minuman dan cemilan tadi.

Valiant kembali ke posisinya. Tangannya bergerak mengambil minuman satu lagi. Kini pria itu sadar, minuman ini merupakan minuman alkohol.

"Hampir saya macam-macam," gumam Valiant pelan. Kepalanya menggeleng dengan tatapan sayu ke botol tersebut.

GEMBEL KAMPUS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang