Mereka melewati waktu cukup singkat. Sudah terhitung satu Minggu, Ataya dan Mama Valiant bertemu hari itu.
"Mama Valiant baik, anaknya juga baik banget. Kenapa gue masih kurang srek buat nikah?"
Ataya menatap langit-langit kamar kost-nya. Matanya menatap lurus tertuju pada Lala dan Bobo yang sedang bermain di sana.
"Apa karena gue takut di unboxing?"
Lagi-lagi Ataya memikirkan hal tidak penting. Terkadang memang seperti ini, di waktunya yang senggang, Ataya lebih banyak menghayal.
Beberapa kali hembusan napas terdengar berat. Sampai akhirnya Ataya menyadari sesuatu.
Gadis itu mengangguk tengkuknya yang tak gatal sambil berkata. "Kaya ada yang lupa?"
"Weh, anjir!" Ataya memekik panik seketika. Hari ini, lebih tepatnya malam ini dia akan pergi menghadiri acara bersama Valiant.
"Mampus!" Bunyi deringan ponsel yang nyaring tiba-tiba, membuat Ataya semakin panik saja.
"Pak Valiant..." lirihnya menyebutkan nama Sang penelpon.
Tangan bergetar Ataya mengangkat panggilan itu. "Hallo?" suaranya terdengar pelan.
"Jangan panik," gumam Valiant dari seberang telepon.
Ataya mengerutkan keningnya. Menatap sekeliling kamar kost. Jangan sampai Valiant diam-diam memasang kamera CCTV tanpa sepengetahuannya.
"Pak Valiant cepuin saya? Jangan loh, Pak. Saya jadi TBL tau," ucap Ataya merinding jika sampai tuduhannya benar.
"TBL apa?" Ada-ada saja bahasa planet baru yang Ataya keluarkan.
"Takut banget loch!" jawab Ataya menirukan nada seseorang.
"Kamu ada-ada aja. Saya nggak macam-macam. Apalagi, sampai masang kamera CCTV," jelas Valiant.
"Terus kok Pak Valiant bisa tau saya panik?" Ataya masih was-was.
"Suara kamu sampai luar. Ngomong-ngomong saya udah di luar dari tadi."
Ternyata Valiant mendengar suara Ataya. Bisa-bisanya suara lemah lembut Ataya menembus lapisan ketujuh dinding kost? Sangat luar biasa.
Tanpa aba-aba Ataya keluar dan segera menemui Valiant. Ataya berlari membuka pintu untuk dosennya itu.
Mata Ataya terpaku. Valiant dengan setelah rapinya, terlihat begitu tampan. Aura orang kaya terpancar dimana-mana.
"Pantas panik. Kamu belum siap?" Pertanyaan Valiant menyadarkan Ataya dari lamunan indahnya.
"Gimana mau siap, Pak. Saya nggak bisa make-up. Nanti malah malu-maluin," jelas Ataya tanpa rasa ragu sedikitpun.
Terdengar suara hembusan napas pelan. Entah, itu kecewa atau apa? yang pasti Ataya merasa tak enak hati.
"Ikut saya," ajak Valiant sambil mengulurkan tangannya.
"Mau kemana?" Ataya belum menerima uluran tangan Valiant, dia hanya menatapnya sekilas.
"Siap-siap. Oh iya, barangnya di ambil dulu." Valiant ingin mengajak Ataya kesitu tempat yang dapat membantu dirinya.
Kali ini Ataya tak mengeluarkan banyak protes. Dia mulai menuruti kemauan Valiant, takut dosennya itu lebih kecewa lagi.
Mereka akhirnya memutuskan untuk pergi ke suatu tempat yang dimaksud oleh Valiant. Ternyata rumah mewah, mereka mendatangi rumah mewah yang tak jauh dari kost Ataya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMBEL KAMPUS (END)
RomanceHanya kisah absurd dari anak yatim piatu angkatan 2015, yang selalu terkena kesialan dalam hidupnya. ®Dont Copy My Story'