Ataya berjalan pelan saat keluar dari ruangan Valiant. Pikirannya melayang entah kemana. Dia tau Valiant ingin balas dendam atas kelakuan Ataya selama ini, tapi ini sudah cukup keterlaluan.
Ataya tidak menghiraukan tatapan orang-orang, kepalanya terus menunduk sambil berjalan.
Srek!
Namun, tiba-tiba saja tubuh Ataya di tarik kasar saat tidak sengaja melewati toilet wanita. Ataya pikir setan mana lagi yang menariknya, ternyata yang menarik Ataya adalah empat curut.
"Apaan?!" ketus Ataya merapikan kemeja putih yang digunakannya.
Di dalam toilet ada mereka berlima. Bella dan tiga temannya itu seolah-olah ingin menyekap Ataya.
"Lo nggak tau diri banget jadi anak beasiswa?!" teriak Bella tepat di depan wajah Ataya.
Ataya tidak takut, dengan santai dia melipat kedua tangannya di depan dada.
"Kenapa kalau anak beasiswa? masuk sekolah karena prestasi. Daripada punya duit tapi kagak punya harga diri," balas Ataya. Mengingat dengan santainya Bella mengajak Valiant melakukan one night stand.
"Udah gue biarin lo selama ini! Lama-lama ngelunjak!" Bella mencegkram kedua bahu Ataya sangat kuat.
Pertama masuk kuliah, Ataya tidak pernah mau membuat masalah, tapi sepertinya masalah itu yang mau datang sendiri padanya. Bella juga, biduan dangdut ini merasa Ataya melakukan kesalahan, padahal Ataya merasa tidak melakukan apa-apa.
"Masalah lo apa si? Cepet selesain, karena gue nggak punya waktu ngeladenin orang nggak bermutu!" ucap Ataya masih santai walau rasa sakit di kedua bahunya semakin menjadi-jadi.
Plak!
Sial, satu tamparan mendarat di pipi berjerawat Ataya. Pasti jerawatnya memerah sekarang. Bukan, Bella pelukannya melainkan teman Bella.
"Gue tau lo jebak Pak Valiant dengan alasan hamil! Iyakan?!" tanya Bella.
Ataya merasa Bella ini orang paling bodoh di dunia. "Lo percaya? Pak Valiant mau tidur sama gue?" tanyanya.
Bella diam. Antara tidak percaya dan percaya. Karena beberapa kali Bella melihat Ataya bersama Valiant. Bahkan, Kakaknya bilang Ataya yang menjaga Valiant di rumah sakit.
"Kalau lo percaya berarti lo gila," lanjut Ataya tersenyum licik.
"Gue sadar diri Bella. Semua yang ada sama gue nggak akan menarik di mata kaum Adam pecinta fisik, secara di lihat dari sisi manapun gue kagak cantik apalagi goodlooking."
Yaps, dari dulu Ataya memang sadar diri, penyandang gelar Gembel Kampus tidak mungkin berubah menjadi Ratu Kampus.
Bella yang sempat diam kembali murka. Nih, biduan dangdut emang suka keributan kayanya.
"Jangan bohong! Kalau lo nggak ada hubungan sama Pak Valiant, kenapa lo selalu nempel sama dia?"
Pertanyaan macam apa itu. Ataya hampir tertawa terbahak-bahak. Menempel katanya? Yang ada Valiant yang menempel. Pelet Lala Bobo memang hebat-- kalau kata Sisi.
"Lo mau nempel juga? Silahkan, kalau bisa bertahan jadi babu!" Ataya sengaja menekan kata 'babu' agar Bella sadar, Ataya ini Babu bukan baby.
Ataya menghempas kasar tangan Bella dari bahunya.
Plak!
"Gue balikin tamparan tadi."
Satu tamparan melayang di pipi teman Bella yang tadi menamparnya. Sebelum Ataya memilih keluar dari toilet dan meninggalkan ke empat curut itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMBEL KAMPUS (END)
RomanceHanya kisah absurd dari anak yatim piatu angkatan 2015, yang selalu terkena kesialan dalam hidupnya. ®Dont Copy My Story'