Mereka baru saja sampai di depan kost Ataya. Yah, gadis itu belum berniat pindah kemanapun sebelum dia sah menikah dengan Valiant. Kenangannya di kost itu terlalu banyak, walau sekarang dia sudah berhenti bekerja dan semua tanggungannya di tanggung oleh Valiant, Ataya tetap ingin tinggal di kost kumuh itu.
"Masuk gih," pinta Valiant dengan nada pelan.
"Kenapa nih, kamu masih marah?" tanya Ataya setengah menggoda.
"Nggak," jawab Valiant cepat.
Ataya ingin sedikit menuruti kemauan calon suaminya, sekali-kali menggoda aki-aki itu tidak masalah juga.
"Udah dong ngambeknya, sayang... Ya, Ya... Sini peluk dulu." Ataya menarik lengan Valiant dan memeluk tubuh kekar Valiant, jantung pria itu seketika berdebar cepat.
Pipi Valiant bersemu, mulutnya kebas akibat menahan senyum yang akan merekah indah. Valiant berulang kali mengigit bibir bawahnya, menenangkan diri agar tak bertingkah aneh.
"Iya, nggak ngambek. Sekarang masuk, saya mau pulang." Dengan nada yang berusaha tenang, Valiant juga mencoba melepas pelukan Ataya.
"Yah, pasti masih ngambek nih. Coba sini lihat." Kedua tangan Ataya menangkup pipi Valiant, yang awalnya bersemu sekarang memerah bak udang rebus. Ataya ingin tertawa kencang, Valiant sampai keringat dibagian kening.
"Kenapa sih, biasanya yang goda aku-itu kamu," lanjut Ataya masih menangkup pipi Valiant.
Valiant berdehem pelan, menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan. Sumpah pipinya sangat kebas, mau tidak mau dia harus tersenyum lebar sekarang.
Senyum lebar Valiant merekah juga. "Kamu goda saya?" tanyanya masih salah tingkah.
"Nggak tuh, kan mau di bujuk. Makanya aku bujuk," elak Ataya dan langsung melepas tangannya dari pipi Valiant.
"Ohh... Gitu, kalau saya nggak minta, kamu nggak bakal bujuk saya?" Aduh makin ngadi-ngadi pertanyaannya Aki Valiant.
Ataya bukan gadis penyabar, dia itu gadis bar-bar. Mana mungkin bisa melakukan lebih dari ini, hal romantis sangat menjijikkan menurutnya. Gadis itu mendorong Valiant menjauh, hingga Valiant mundur beberapa langkah.
"Yaudah! Pulang sana." Langkah lebar Ataya membawanya masuk ke dalam kost, sebelum sepenuhnya masuk, gadis itu sempat membanting pintu cukup keras.
Melihat kejadian itu, Valiant membeku di tempat. Baru juga dia mendapatkan perlakuan romantis, dan sekarang positif mati di depannya.
"Mampus..." lirih Valiant. Membujuk Ataya memang tidak mudah, dia akui Ataya tipe gadis yang pandai manipulatif.
***
Besok harinya, Valiant kembali dibuat bingung. Dari kemarin setelah kejadian itu, Ataya benar-benar mengabaikannya. Semua panggilannya dan pesan yang dia kirim tak satupun diangkat atau dibalas.
Valiant yang berada di ruang dosennya, malah kehilangan konsentrasi. Setiap ada tamu yang masuk ke dalam ruangannya, pria itu selalu mengabaikan dengan alasan lelah batin.
Seperti Bu Anggun yang menjadi tamunya kali ini. "Pak, besok acara ulang tahun Bella. Pak Valiant akan di undang, undangan secara spesial," katanya sangat gatal.
"Saya lelah," tolak Valiant.
"Acaranya besok, Pak. Bukan sekarang. Adik saya sangat mengharapkan kehadiran anda," lanjut Bu Anggun tanpa malu.
"Besok saya pikirkan, kalau besok saya masih lelah... Saya tidak akan datang," ujar Valiant tentu tak bisa dibantah oleh Bu Anggun lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMBEL KAMPUS (END)
RomanceHanya kisah absurd dari anak yatim piatu angkatan 2015, yang selalu terkena kesialan dalam hidupnya. ®Dont Copy My Story'