Perkara Bunuh Diri

2.8K 392 40
                                    

Suasana kelas begitu ramai. Kelas jurusan teknik komputer memang paling rusuh diantara yang lain.

Dua gadis sedang mengobrol di dalam kelas itu. Sisi dan Ataya, Sisi sedang memakan bekal makan siangnya, sedangkan Ataya? Selepas dari ruangan Valiant tadi, dia malah mengupil santai dan membuat bulatan-bulatan kecil dengan upilnya.

"Yak!" Sisi tiba-tiba berteriak marah, pasalnya Ataya membuat napsu makannya hilang seketika.

"Napa lo?" tanya Ataya santai, dengan jari tangan yang saling bergesekan membuat bulatan-bulatan kecil upil.

"Berhenti Ataya! Gue hilang napsu makan gegara lo!" kesal Sisi sambil membanting kesal sendoknya di meja.

Ataya memincingkan matanya sipit. "Ih takut, yang makan upil dulu siapa, ya?" Dia pura-pura lupa dan mengetuk kecil dagunya untuk mengingat.

Merasa tersindir, Sisi melanjutkan makannya tanpa berkata lagi. Bisa mati dia, jika Ataya tiba-tiba membeberkan aibnya ke semua orang.

"Diam 'kan, lo?" ejek Ataya. Tanpa rasa bersalah sama sekali, Ataya mengambil telur dadar milik Sisi, lebih parahnya dia menggunakan tangan bekas buat upil bulet-bulet tadi.

"Atayaaaaa!"

Ataya yang terancam berlari kencang keluar kelas, di kejar oleh Sisi di belakang. Namun, langkah keduanya seketika tertahan saat melihat keramaian lapangan kampus.

"Stop, ini kenapa pada ramai?" tanya Ataya bingung.

"Kenapa tuh, pada nunjuk-nunjuk ke atas." Sisi ikut penasaran.

Mereka berdua menghampiri kerumunan itu tanpa berniat melihat ke arah atas. Soalnya matahari lagi terik. Saat mereka berdiri di antara kerumunan, barulah mereka berdua menyadari sesuatu.

"Bangsat! Jamal baru pulang langsung frustasi!" pekik Ataya kaget saat melihat Jack berdiri di gedung paling atas kampus mereka.

Bukan hanya Ataya, Sisi yang merupakan pacaran Jack langsung shock seketika.

"Astaga! Jack! Turun!" teriknya panik.

"Si, lo mutusin Jamal, ya?" tebak Ataya. Beberapa hari lalu, Ataya banyak melihat video aksi bunuh diri di atas tower dengan alasan diputuskan oleh kekasihnya, miris.

"Kagak, gue aja nggak tau kalau dia udah beres cuti!" Sisi yang panik berniat menyusul Jack ke atas, ditemani Ataya yang diseret paksa.

Ataya dengan wajah lempengnya mengikut di belakang Sisi. Dari roman-romannya, Ataya mencium bau kejanggalan dari tingkah laku Jamal.

"Jangan panik, Si..." kata Ataya. "Kalau Jamal bunuh diri, kita bisa cuti kuliah bentar," lanjutnya. Ku kira sad ternyata sesad.

"Anjir, gue gampar lo!" Air mata Sisi sudah jatuh membasahi pipi, gadis itu sangat panik, takut Jamal lompat langsung okit dan hubungan mereka putus tanpa kata-kata.

Mereka harus menaiki beberapa lift untuk sampai ke atas, Ataya yang sedikit takut akan ketinggian rasanya ingin pipis di celana.

"Gue pulang aja, ya? Lo kan udah gue temenin sampai sini," pinta Ataya terus memegang bagian kemaluannya karena menahan air kencing yang akan keluar.

"Mem*k lo gatal?! Jangan dulu Ataya, itu Jack mau bunuh diri anjing!" Sisi makin dibuat panik, bukannya membantu Ataya malah menjadi beban baru dipikirannya.

"Kagak gatal, gue mau pipis babi!" Ataya mulai ikut panik, bagaimana jadinya jika dia kencing celana?

"Sana, di sudut-sudut lo pipis." Sisi menunjuk dinding yang cukup tertutup, menyarankan agar Ataya pipis di sana saja.

Karena tak tahan lagi, Ataya menuruti. Di bagian paling atas gedung itu, Ataya buang air kecil tanpa cebok. Dan di bagian pinggir bagian depan, Jack masih mematung sepeti manusia silver.

"Lega anjir." Rasanya segar sekali, kepala Ataya yang pening langsung plong seketika.

Ataya memperhatikan sekitarnya, mengapa seperti ada seseorang yang memperhatikan dirinya.

"Waduh, parno selebriti gue kambuh nih." Ataya yakin ada yang melihat dirinya, bukan hanya mereka di atas sana. Di gedung tingkat ke tiga ini ada orang lain. Ataya yakin itu.

Karena tak kunjung menemukan, Ataya kembali menghampiri Sisi. Sisi kini berdiri di belakang Jack dengan mengucapkan beberapa mantra.

"Jangan gini, kalau ada masalah cerita sama aku," katanya sedih.

"Hueek!" Dan dihadiahi suara muntah oleh Ataya.

"Jack, kamu kenapa... Balik dong." Sisi tidak berani lebih dekat, takut tiba-tiba Jamal melompat dan dia menjadi tersangka utama, atas tuduhan pendorongan korban.

Ataya melipat kedua tangannya di depan dada. "Jamal, lo mau lompat ke bawah atau ke atas?" tanyanya asal.

"Ataya!" tegur Sisi.

"Eh, kalau lompat ke bawah kira-kira lo bakal langsung mati atau patah tulang aja?" tanya Ataya lagi, semakin lama semakin ngawur.

Dari tadi sebenarnya, tangan Jamal memberi kode agar dua temannya itu segera pergi dari sana.

"Kenapa tuh tangan kaya kena penyakit polio?" tanya Ataya yang sempat melihat gerakan tangan Jack alias Jamaluddin.

"Ataya! Yang bener!" Sisi kesal dengan omong kosong Ataya yang membuat waktu mereka terkuras habis.

Ataya menghembuskan napas berat, dengan sangat hati-hati dia mendekati Jack. Saat tepat di samping cowok itu, mulut Ataya komat-kamit tidak jelas, lalu mengeluarkan khodam-nya yang asli.

"Dengan mulut komat-kamit... Mbah dukun baca mantra. Dan dengan segelas air, pasien di sembur~" Ataya menyanyikan lagu yang pernah tren pada masanya. "Si, lirik gue bener nggak?"

Ampun sudah, Sisi menangis kencang sekarang. "Ataya.... Huaaaa--! Lo jangan main-main!" geram Sisi. Gadis itu bingung, Jack tidak bergeming atau berbicara sedikit pun dari tadi. Mana terik matahari semakin menjadi-jadi.

Bagaimana mau serius, tangan Jack mengalihkan fokus Ataya. Dia sebenarnya berpikir, maksud dari kode yang diberikan cowok itu. Cukup lama Ataya berpikir, sampai dia mulai membaca tangan Jack. Abjad itu, mereka menggunakannya dulu saat SD, bahasa isyarat a-b-c yang di bentuk dengan jari.

Perlahan Ataya menyusun abjad yang dibuat Jack. "P-e-r-g-i b-e-g-o! G-u-e d-i-h-u-k-u-m. A-d-a P-a-k V-a-l-i-a-n-t y-a-n-g m-a-n-t-a-u k-i-t-a!"

"Lo kenapa baru bilang bangsat!" Barulah Ataya panik bukan main.

Mata gadis itu mencari-cari keberadaan Valiant dan benar saja. Tak jauh dari tempat Ataya pipis tadi, ada Valiant yang duduk di atas tumpukan balok kayu. Pria itu sedang fokus membaca buku, sangat serius atau pura-pura serius? Ataya tidak tau.

Sisi yang tadi menangis kini terdiam, matanya juga tertuju dengan satu arah yang sama. Terlebih saat Valiant membalas tatapan mereka.

"Tadi, dia lihat gue pipis nggak sih?!" tanya Ataya pada Sisi.

"Mana gue tau, gue kan dari tadi ngomong sama nih anak iblis!" kesal Sisi.

"Sisi! Sekarang gue yang panik!" teriak Ataya dengan wajah memerah padam karena malu.

"Jangan panik, Ya..." Nada Sisi terdengar seperti nada Ataya tadi. "Nanti, lo tetap kasih punya lo ke dia 'kan?"

"Sisiiiii!"








Kanjeng lagi begadang, jadi sempatin nulis dikit. Maap kalau ancur, nanti kalau dah tamat baru di revisi-kalau ada niat sih wkwkwkw.

GEMBEL KAMPUS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang