Pendekatan Seorang Valiant

3.4K 493 10
                                    

Ataya mengumpat kasar. Sekarang dia tau ternyata Valiant yang mengirim dua jenis makanan kesukaan Ataya. Dan ini bisa di curigai sedikit.

"Wah, mati ni gue."

Ataya semakin takut, kan Valiant bersikap aneh beberapa waktu lalu.

"Lama-lama gue makin iri sama orang-orang."

Nasibnya kurang beruntung, bahkan Ataya berharap akan ada pangeran berkuda putih datang menjemputnya. Tau-tau, malah malaikat maut yang akan segera datang.

"Orang nikah muda, gue stres muda.." lirih Ataya meratapi nasib.

"Pak Valiant serius nggak sih, ngajak gue nikah?"

Pernyataan Valiant hari itu membuat Ataya sedikit berpikir. Kira-kira, dia bisa memperbaiki ekonomi hidupnya jika menikah dengan pria itu.

"Alah, setan. Yakali, Ataya! Mimpi lo!"


***


Jadwal mapel dari Dosen Killer memang paling di hindari oleh para mahasiswa Universitas Master Law. Apalagi, Valiant si Dosen Killer itu, tidak segan-segan memberi hukuman pada mahasiswa yang tidak mendengarkan.

Valiant hari ini mengajar di kelas Ataya-- Fakultas Teknik Komputer. Senyum pria itu terus mengembang, terlebih saat memasuki kelas.

"Pagi, semua," sapa Valiant dengan senyum mengembang.


Satu kelas terdiam, merasakan aura aneh dari Dosen Killernya yang biasanya datar dan dingin kini menjadi ceria.

Mereka bertatapan, lalu agak ragu-ragu membalas sapaan Valiant.

"Pagi, Pak!" jawab merek serentak.

Valiant berjalan santai mendekati meja dosen, dia menatap satu persatu mahasiswa-mahasiswi, terlebih yang menarik perhatian.

Tapi, yang di lihat malah tidak menghiraukan keberadaan Valiant, matanya hanya lurus menatap ke depan.

"Oke, kita masuk ke materi selanjutnya. Tolong perhatikan, karena saya paling benci jika kalian mengabaikan saya!" kata Valiant tegas.

Merasa tersindir dengan ucapan Valiant barusan, Ataya buru-buru mengalihkan pandangannya pada Dosennya itu.

Valiant tersenyum dan di sadari semuanya.

"Pak Valiant, kenapa ya?"

"Tumben dia masuk Senyum-senyum gitu, biasanya 'kan kaya malaikat maut."

"Dilihat dari mimik wajahnya, kayanya lagi kasmaran."

Banyak lagi bisikan-bisikan para mahasiswa-mahasiswi di dalam kelasnya yang mencoba menebak ada apa gerangan.

Saat mengajar aura Valiant memang berbeda, dewasa dan berwibawa. Ataya baru sadar itu, bahkan Valiant menjadi lebih tampan di matanya.

Ah, tidak. Buru-buru Ataya menggeleng, menghilangkan pikiran bodohnya.

"Ada apa, Ataya Sea?"

Sial, sepertinya Valiant juga memperhatikan dirinya dari tadi.

"Nggak, Pak. Kepala saya sedikit pusing," bohongnya.

GEMBEL KAMPUS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang