Akan menikah (17+)

4.1K 476 35
                                    

Sepertinya Valiant kehilangan akal. Dengan beraninya dia melucuti pakaian atas Ataya. Benar-benar melucuti, sampai buah dada mahasiswinya itu terpampang jelas di depan mata.

Valiant menyusu seperti bayi raksasa. Menikmati sensasi kenyal di dalam mulutnya. Sedangkan, sebelah tangannya lagi bermain-main di buah dada Ataya yang menganggur.

Mulut Ataya sungguh sialan. Seharusnya dia menolak, bukan mengeluarkan desahan sialan.

Tok!

"Valiant? Kamu di dalam? Mama kok dengar suara ribut?" Mama Valiant ternyata sudah bangun. Bahkan, dia berada di ambang pintu dengan sedikit cela terbuka.

"Pak?! Mama di luar," panik Ataya luar biasa. Otaknya tak berpikir jernih, terlebih saat Valiant tak mau melepas kulumannya.

"Bentar," pinta Valiant.

"Astaga, Pak! Kalau mama masuk gimana?" Ataya mencoba mendorong tubuh Valiant dari atas tubuhnya.

"Biarin, biar kita cepat nikah," gurau Valiant yang membuat Ataya semakin ketar-ketir.

Saat merasa cukup, Valiant melepas Ataya. Keadaan mereka sama-sama kacau, jika keluar dalam keadaan seperti ini, Mamanya akan semakin curiga.

"Tunggu di sini. Saya aja yang keluar, temuin mama," putus Valiant.

Valiant keluar menemui mamanya dengan pakaian yang belum terpasang sempurna. Pria itu terlihat santai, berjalan gonta-ganti lalu menutup pintu rapat-rapat.

Sekarang Ataya dapat bernapas lega. Tak menyia-nyiakan kesempatan, dia segera mengenakan pakaiannya kembali.

"Untung gue pakai bra yang baru. Gimana jadinya, kalau gue makai bra yang kawatnya udah keluar sebelah," katanya memperihatinkan diri sendiri.

Sama sekali Ataya tidak bisa melawan kemauan Valiant. Bodohnya dia! Apa Valiant akan berpikir Ataya adalah gadis murahan? Kalau begitu, dia tak ada bedanya dengan Bella.

Ataya mengigit bibirnya pelan. Bagaimana jika Valiant, memang menganggap dirinya sama seperti Bella?

"Takut banget..." lirihnya.

"Gue nggak mau. Masa udah di nodai, terus Pak Valiant nggak mau tanggung jawab." Pikiran Ataya selalu seperti ini, karena dia belum percaya sepenuhnya pada Dosen-nya itu.

"Atau kita nikah secepatnya aja, ya?" Jika Valiant menikahinya, semua harta telah teralih menjadi atas namanya, barulah Ataya bisa hidup dengan tenang.

Sibuk memikirkan nasibnya yang terombang-ambing. Ataya sampai tak menyadari kedatangan Valiant kembali.

Valiant mendekati Ataya yang terduduk di atas ranjang, lalu mengecup pipi gadis itu singkat.

Cup.

"Ngelamun 'in yang tadi, ya?" goda Valiant.

Ataya tersentak kaget, matanya melotot menatap Valiant. "Jantung saya jatuh ke dengkul," ucapnya mendramatisir.

"Kamu bisa pinjam jantung saya," balas Valiant santai.

"Gombal banget, Siluman Buaya!" geram Ataya pura-pura. Lebih tepatnya, untuk menyembunyikan perasaan salah tingkahnya.

"Kita keluar. Mama udah nunggu di luar," ajak Valiant sambil menuntun Ataya.

"Mama marah nggak?" tanya Ataya ragu-ragu.

"Nggak. Dia malahan nggak sabar ketemu sama kamu," jawab Valiant.

Mereka berdua keluar kamar secara bersamaan. Ataya terus mengekor di belakang Valiant untuk bersembunyi di belakang tubuh pria itu.

GEMBEL KAMPUS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang