Gombalan Kecil

3.3K 487 17
                                    

Ataya, Jack dan Sisi jalan beriringan memasuki halaman kampus. Semua tatapan tertuju pada mereka bertiga. Mungkin, mereka sedang berpikir keras tentang, bagaimana caranya Gembel Kampus bergabung dengan Pangeran dan Putri kampus.

Ataya terlalu gelap untuk mereka yang terang menerang bagaikan lampu disko. Siapa yang tidak kenal Jack dan Sisi di awal masuk, Ataya juga begitu hanya saja cara terkenal mereka berbeda.

"Berasa paling cantik gue kalau gini," ucap Ataya percaya diri.

"Iya, lo cantik kalau di lihat dari ujung pipet," ujar Jack kemudian menoyor kepala Ataya dari belakang.

"Sirik!"

Saking seriusnya menatap teman-teman mereka, Ataya sampai tidak menyadari sesuatu.

Brak!

Tubuh Ataya terhubung kebelakang akibat menabrak salah satu tukang bangunan yang sedang bekerja memperbaiki jalan kampus mereka. Tidak sampai disitu saja, Ataya sampai jatuh mencium tanah air.

"Aakkkhh!!" teriak Ataya kesakitan. Giginya tidak sengaja mengigit bibirnya sendiri, sehingga darah bercucuran keluar.

"Astaga, Ataya!" Sisi sigap membantu Ataya dan memastikan keadaan teman cerobohnya itu.

"Mulut lo berdarah!" histeris Sisi.

Pantas rasa amis. Ataya mengusap bibirnya, perih sangat perih. Untungnya dia perempuan kuat, tidak mudah menangis.

"Kegigit bibir gue," kata Ataya santai.

Dibantu Sisi dan Jack, Ataya mencoba berdiri kembali. Lutut dan telapak tangannya ikut berdarah akibat tergores aspal beton jalan kampus mereka.

"Dosa apa, ya? Bibir gue sampai robek," gumam Ataya pelan.

Tiba-tiba angin berhembus kencang, menerpa wajah Ataya dan seketika itu juga ingatan soal kemarin di rumah sakit kembali lagi.

Ciuman?

Yah, Pak Valiant kemarin menciumnya tanpa izin dan mungkin Tuhan sedang marah padanya.

"Kenapa gue yang di hukum! Kenapa bukan dia.." teriak Ataya mendramatisir.

Melihat keanehan temannya itu, Sisi dan Jack saling berpandangan. Mereka pikir Ataya gila akibat pulang dari rumah sakit jiwa.

Jack maju mendekat ke arah Ataya, lalu memegang kepala temannya itu. "Ya Tuhan! Jauhkanlah, teman hamba dari setan-setan terkutuk!"

"Kyaaa!! Aku tidak mau! Karena aku setannya sendiri," balas Ataya mengikuti candaan Jack.

Walau bibir robek, Ataya tetap bisa bercanda. Baginya, tawa teman-temannya ada kehabagian nomor satu.

"Kita ke UKS dulu, obatin bibir durhaka lo," usul Sisi dan di angguki oleh keduanya.

Ataya, Jack dan Sisi kembali berjalan beriringan. Ataya terus saja mengeluarkan candaan kecil. Bahkan, saat mereka melewati kelompok geng Bella square (bukan endorse).

"Lo tau 'kan, selama ini gue yang paling berani. Bahkan, gue pikir gue nggak takut sama hantu! Yah, karena gue setannya hahaha.." canda Ataya yang malah garing di telinga kedua temannya.

"Hahaha.. Lo udah bilang itu tadi," tawa terpaksa dari Sisi.

"Masa?"

Kini mereka saling berpapasan, Bella dan Ataya. Sebelum selesai melewati Bella, kaki gadis itu di majukan ke depan hendak menyandung kaki Ataya.

Sesigap monyet melompat, Ataya melompati kaki Bella seperti main lompat tali.

"Eetts! Nggak kena.. wlee," ledek Ataya sambil memikirkan lidahnya ke arah Bella dan teman-temannya.

GEMBEL KAMPUS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang