Suara tangisan, ingus meler kesana sini dan mata sembab, menambah kesan memperihatikan untuk Ataya. Sekitar 2 jam lamanya Ataya menangis di dalam ruangan Valiant. Menyalahkan Dosennya itu atas semua yang dia katakan.
"Pak Valiant pikir saya bakal mau nikah sama Anda! Hiks.. hiks.."
"Saya miskin, saya jelek, saya nggak pantas buat Pak Valiant yang punya segala-galanya."
"Di bandingkan dengan semua cewek di kampus ini, saya paling jelek Pak! Emang Pak Valiant nggak akan malu punya istri kaya biawak gini, huuuuuaaaaa!"
Yah, Valiant tau Ataya butuh pelepasan. Maka dari itu, dia biarkan Ataya menangis sepuasnya, mengatakan apapun di luar nalar, bahkan sampai membuatnya tertawa.
"Siapa bilang kamu mirip Biawak?" tanya Valiant pelan.
Ataya yang duduk saling berhadapan dengan Valiant di kursi kerja, menjadi terdiam sebentar dengan mata berkedip lucu.
"Terus?" tanyanya serak.
"Mirip tokek sih," jawab Valiant santai.
Bukannya diam atau terhibur, Ataya malah semakin menangis sejadi-jadinya.
"Jahat!"
Valiant menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Berniat menghibur malah membuat Ataya semakin sedih. "Loh, bukannya kamu suka sama tokek, ya? Lala dan Bobo?"
"Iya! Tapi, masa saya di mirip-mirip sama mereka!" pekik Ataya menatap nyalang Valiant.
"Kan kamu biasa bilang, mereka anak-anak kamu.. Kalau anak sama mamanya pasti mirip dong, saya salah?" Menunggu respon Ataya lebih menyeramkan di bandingkan menunggu nilai hasil ujian.
"Nggak! Saya nggak mau nikah sama Pak Valiant!" Tangisan Ataya semakin kencang.
Ini sudah beberapa kali Valiant di tolak. Meski, jarang Valiant mengatakannya di waktu tepat.
"Mau kamu nolak sampai jungkir balik pun, kalau kita udah jodoh.. kamu bisa apa Ataya?" tantang Valiant.
Masih berlaku sampai sekarang. Ataya adalah gadis kecil yang di jodohkan oleh orang tuanya dulu. Valiant tentu harus mempertahankan Ataya, amanah kedua orang tua mereka lebih penting.
"Yakin banget kita jodoh," ucap Ataya sambil melap ingusnya menggunakan telapak tangan.
"Jorok Ataya!" tegur Valiant yang mendapati kelakuan Ataya.
"Nggak ada tissue," santainya.
"Sini saya yang bersihin."
Diluar dugaan Valiant mengambil tissue dari dalam laci kecil di meja dan membersihkan sisa air mata dan ingus Ataya.
Valiant menarik lembut tangan Ataya, kemudian ikut di bersihkan juga. Tentu Ataya diam, menerima setiap sentuhan dan perlakuan dari Dosen Killernya yang ternyata sangat manis itu.
"Hari ini saya mau ngomong banyak sama kamu. Jangan kaget kalau udah tau, apalagi sampai menyesal," ujar Valiant serius.
"Memangnya Pak Valiant mau ngomong apa?"
Ataya memperhatikan setiap gerak-gerik Valiant, tanpa rasa jijik Dosennya itu menyentuhnya. Berbeda dengan awal pertemuan mereka berdua. Sangat berbanding terbalik, Ataya seperti melihat sisi baru dari Valiant.
"Kamu calon istri saya," santai Valiant.
Ataya berdecak sebal lalu menarik tangannya dari genggaman Valiant. "Berapa kali Pak Valiant bilang gitu, padahal saya serius!" kesalnya.
"Saya juga serius. Kamu memang calon istri saya dari dulu," kata Valiant.
Mendengar itu kening Ataya berkerut. "Dari dulu? Maksudnya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
GEMBEL KAMPUS (END)
RomanceHanya kisah absurd dari anak yatim piatu angkatan 2015, yang selalu terkena kesialan dalam hidupnya. ®Dont Copy My Story'