Ataya berlari ke toilet. Perutnya mual, dia akan segera memuntahkan semua keserakahan yang dia telan.
"Hueek!"
Dan benar saja. Ataya muntah. Rasanya sangat sulit dijelaskan. Valiant yang mengekor dibelakang pun ikut panik. Pria itu menunggu di luar, takut orang-orang salah paham melihatnya.
Di dalam toilet berbilik itu, ada office gue yang sedang membersihkan area toilet. Dia tidak melihat kedatangan Ataya, namun mendengar suara gadis itu.
Office girl itu mengetuk bilik toilet dimana Ataya berada. "Kenapa, Mbak?"
"Mbaknya nggak apa-apa?" Karena tak kunjung m mendapat jawaban dan hanya mendengar suara memuntahkan sesuatu, office girl itu memilih membuka bilik toilet itu.
"Kyyyaaaa!" Office Girl itu berteriak ketakutan. Suara teriakannya terdengar sampai luar dan membuat Valiant yang mendengarnya semakin panik.
Tanpa memperdulikan apa-apa lagi, Valiant menerobos masuk. Dia memeriksa keadaan sekitar, Office Girl itu berdiri kaku di depan toilet.
"Kenapa, Mbak?!" tanya Valiant mencoba menyingkirkan Office Girl itu dari jalannya.
"Anu, Mas— itu, tadi saya kira setan kayang," akunya malu-malu. Office Girl itu kaget melihat penampilan Ataya.
Valiant melihat dibalik bilik. Tak salah jika Office Girl itu kaget. Ataya yang duduk mengangkang dicloset dan malah muntah ke lantai, terlihat lebih menakutkan dibanding setan kayang yang dimaksud Office Girl itu.
"Astaga, Ataya!" Valiant segera mengangkat Ataya. Gadis itu mulai menangis sesenggukan. Dia sakit, perutnya terasa keram.
"Istrinya ya, Mas?" Office Girl itu mendekati mereka berdua.
"Bawa ke rumah sakit, Mas. Takut jabang bayinya kenapa-kenapa," kata Office Girl itu yang ternyata salah paham.
Ataya yang menangis tersedu, langsung menangis histeris. Valiant belum melakukan hal aneh-aneh, hanya sebatas ciuman.
"Ataya, kita ke rumah sakit, ya?" Valiant benar-benar khawatir. Dia tak mau terjadi sesuatu yang buruk pada Ataya. Beberapa hari ini, gadis itu banyak memperlihatkan keanehan.
"Nggak!" tolak Ataya cepat. Dia menggeleng, lalu memaksakan diri bangkit dari duduknya. Yah, dia baik-baik saja, tak perlu memeriksa ke rumah sakit.
Valiant menggenggam kedua tangan Ataya. Wajahnya tak sama, Valiant terlihat ketakutan dan panik secara bersamaan.
"Takut?" tanya Valiant.
Ataya menggeleng. "Bukan, tapi aku baik-baik aja. Mungkin, efek makan kebanyakan," bohongnya. Ada resiko jika Ataya memeriksa ke rumah sakit, Valiant akan tau sesuatu. Tidak, Ataya bisa menyembunyikannya.
Hembusan napas Valiant dengar berat. "Ya udah, kamu mau pulang istirahat?" usulnya.
"Iya. Itu lebih baik, daripada aku ke rumah sakit," jawab Ataya. Gadis itu merapikan penampilannya, bersiap untuk pulang.
Bohong jika Valiant tidak menyadari sesuatu. Dia tau, ada yang Ataya sembunyikan darinya. Valiant harus mencari tau sendiri. Untuk saat ini, biarkan Ataya beristirahat.
Sebelum mereka pergi. Valiant meminta maaf pada office girl tadi, dia juga memberi tip sebagai tanda terima kasih karena mau membersihkan muntah Ataya.
•••
Ataya meringkuk dibawah selimut. Sejam yang lalu, Valiant meninggalkan kostnya. Gadis itu sendirian, menahan rasa sakit diperut yang berlebihan. Sudah lama sekali Ataya tak merasakan sakit seperti ini. Ataya pikir, apa yang diderita akan sembuh dengan sendirinya, namun kali ini dia salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMBEL KAMPUS (END)
RomanceHanya kisah absurd dari anak yatim piatu angkatan 2015, yang selalu terkena kesialan dalam hidupnya. ®Dont Copy My Story'