Ataya mengutuk dirinya sendiri, setiap dia menutup mata untuk terlelap ke alam mimpi, yang ada dia mengingat kejadian tadi.
"Lala, Bobo... Kalian nanti bakal ikut mama 'kan?"
Masih ingat dengan kekacauan pertama yang dibuat oleh tokek lucu Ataya? Yah, sekarang tokek itu terdiam di dalam rumah saja. Ataya belum ada niat mencari masalah baru dengan Valiant.
"Tapi, kalau gue bawa kalian. Pak Valiant, pasti nggak akan setuju," gelisah Ataya lemas.
"Gue juga nggak bisa nggak nikah sama Pak Valiant... Dia udah-dia udah lihat pusy gue, Huaaaaaa..." Diakhir kalimat Ataya menggulung dirinya ke dalam selimut dan mulai berteriak histeris.
Dengan helai napas berat, Ataya kembali mencoba memejamkan matanya. Saat perlahan-lahan mulai masuk ke alam bawah sadar, Ataya mendengar ponselnya berbunyi.
Dretttt...
"Babi! Gue baru merem bentar!" gerutu Ataya sambil menggaruk-garuk kepalanya seperti monyet lepas.
"Ya Tuhan, sabar 'kan hamba-mu ini." Jika di tunda-tunda lagi, ponsel itu akan terus berbunyi sampai otak Ataya bergeser ke telinga.
Diambilnya ponsel dari atas meja tempat lampu tidur berada. Ponsel itu masih bergetar saat berpindah tangan kegenggamannya.
Valiant?
Oh, Tuhan. Orang ini, baru saja berkeliaran dipikirannya, sekarang muncul dalam dunia nyatanya.
Malas-malasan Ataya mengangkat panggilan itu.
"Hallo? Maaf, yang punya ponsel udah mati, akibat putusnya urat malu," jawab Ataya asal-asalan.
Yang awalnya tadi, dari seberang sana Valiant ingin memaki, kini pria itu malah tersenyum menggoda. Bibirnya melengkung keatas, dengan mata yang berkedip lucu.
"Kalau gitu, saya mau nyusul dia ke surga," balas Valiant.
"Aduh, sayangnya dia terlalu banyak dosa, makanya di seret ke neraka." Berniat hati ingin berhenti, Valiant malah semakin menjadi-jadi.
"Kalau gitu, saya ikut ke neraka juga. Kan dia pasangan saya." Tanpa Ataya ketahui, perut Valiant terasa diterbangi ribuan kupu-kupu.
Bola mata Ataya memutar malas. Sudah cukup hubungan aneh ini, mereka akan membicarakannya secara serius saat bertemu nanti.
"Ataya... Saya diluar, kamu keluar, ya?"
Sial.
Ataya ingin bertemu nanti, bukan sekarang. Valiant seolah-olah bisa membaca pikirannya saja.
Ataya memilih tak menjawab, diam tanpa memutuskan sambungan.
"Kamu ngga mau keluar? Atau saya yang maksa masuk?" Yah, ancaman mulai keluar dari mulut Dosennya itu, Dosen yang beralih profesi menjadi calon suaminya.
"Jangan! Ingat, aku ngga mau dipikir perempuan aneh-aneh, karena ngundang om-om masuk kost!" elak Ataya cepat.
"Om-om? Begitu tuanya, saya?" terdengar nada cemberut dari seberang sana, Valiant ingin merajuk, tapi takut Ataya tidak membujuknya.
"Astaga nggak! Ataya keluar sekarang, Pak Valiant dimana?"
"No, bukan Pak. Tapi, kamu atau sayang?"
Alah, Ataya bukan ingin mengurus gombalan Valiant, dia sedang kesulitan mencari celana olahraga jaman SMA dulu.
Kira-kira, tikus mana lagi yang menyeret celananya?
"Ataya... Kok lama-"
"Bentar napa, masa mau keluar telanjang," gerutu Ataya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMBEL KAMPUS (END)
RomanceHanya kisah absurd dari anak yatim piatu angkatan 2015, yang selalu terkena kesialan dalam hidupnya. ®Dont Copy My Story'